“Bapak Presiden juga beri arahan agar booster lebih mudah diterima. Setiap acara-acara besar kalau bisa diwajibkan menggunakan booster, sehingga bisa memastikan teman-teman yang mengikuti acara besar itu relatif aman,”
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo meminta jajarannya agar vaksin COVID-19 dosis penguat (booster) dapat lebih mudah dijangkau masyarakat guna mencegah kenaikan kasus, terutama setelah munculnya varian Omicron BA.4 dan BA.5

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.

“Bapak Presiden juga beri arahan agar booster ini lebih mudah diterima. Setiap acara-acara besar kalau bisa diwajibkan menggunakan booster, sehingga bisa memastikan teman-teman yang mengikuti acara besar itu relatif aman,” ujarnya.

Menurut Budi, dengan mendapat vaksin booster, maka daya tahan dari imunitas masyarakat dapat bertambah sekitar enam bulan ke depan.

"Dengan booster ini, daya tahan imun masyarakat akan bertahan enam bulan lagi sampai Februari-Maret tahun depan. Jika itu bisa kita jaga, maka Indonesia mungkin bisa jadi satu negara yang pertama dalam 12 bulan tidak mengalami lonjakan kasus, karena biasanya setiap enam bulan kan lonjakan kasus itu terjadi," kata Budi.

Jika masyarakat sudah terlindungi vaksin booster, Budi berharap tidak terjadi peningkatan kasus Covid-19 secara signifikan menjelang perayaan Idul Adha pada awal Juli 2022, dan menjelang perayaan ulang tahun kemerdekaan pada 17 Agustus 2022.

"Jadi kalau masyarakat bisa diimbau, yuk kita booster supaya bisa meningkatkan kekebalan tubuh untuk melindungi sampai 6 bulan ke depan. Mudah-mudahan nanti Idul Adha, dan 17 Agustus kita bisa merayakan hari raya dan hari kemerdekaan dengan baik," kata dia.

Budi mencatat hingga Senin ini memang terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Bali.

Namun menurut Budi, tren penularan Covid-19 masih terkendali. Hal itu karena indikator penularan Covid-19 di Indonesia masih di bawah dan belum melebihi standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

“WHO kasih standar ya. Untuk kasus konfirmasi level 1 itu adalah maksimal 20 kasus per minggu per 100 ribu penduduk, kondisi Indonesia masih di (level) satu, jadi meskipun ada kenaikan kondisinya masih di level satu,” ujar Budi.

Untuk tingkat transmisi dari productivity rate, Indonesia berada di level 1,36 persen atau jauh di bawah standar WHO yang sebesar 5 persen.

“Sedangkan untuk reproduction rate atau reproduksi efektif itu juga dikasih standardnya di atas 1, yang relatif perlu dimonitor, kita masih di angka 1. Sehingga dari tiga indikator transmisi, kondisi Indonesia masih baik,” kata Budi.
Baca juga: 47,55 juta warga RI telah menerima vaksin COVID-19 dosis penguat
Baca juga: Presiden dorong masyarakat segera peroleh vaksin penguat
Baca juga: PB IDI: Kriteria vaksin lengkap tiga dosis perlu pertimbangan logistik


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022