Jakarta (ANTARA) - Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe menilai investasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melalui Telkomsel di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) bertujuan utama untuk menunjang bisnis perseroan, bukan mengejar profit dalam jangka pendek.

"Dengan menjadi pemegang saham GOTO, Telkomsel berpeluang untuk menggarap bisnis bersama dengan GOTO. Perusahaan sebesar Telkom tidak mungkin berinvestasi layaknya investor ritel yang mengejar keuntungan dari kenaikan harga saham dalam tempo singkat," ujar Kiswoyo dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Menurut Kiswoyo, investasi Telkomsel di GoTo tidak bisa dilihat hanya dari pergerakan harga saham, melainkan yang menjadi incaran Telkomsel justru lebih besar lagi, yaitu keuntungan dari kolaborasi dengan Gojek dan Tokopedia. Hal yang sama juga dilakukan oleh sejumlah investor kakap di GoTo, seperti Google, Tencent, KKR, Facebook, dan Visa.

Pada akhir pekan lalu, Telkom mencatatkan keuntungan investasi di GOTO senilai Rp2,74 triliun. Lonjakan keuntungan investasi Telkom terjadi akibat rally saham GOTO dalam sebulan terakhir.

Saham GOTO tercatat melesat 73 persen, dari Rp194 pada 13 Mei 2022 menjadi Rp386 pada 10 Juni 2022. Dalam sebulan terakhir, saham GOTO hanya terkoreksi tiga kali, 14 kali mencatat kenaikan dan dua hari stagnan.

Telkomsel sendiri menggenggam 23,7 miliar saham GOTO senilai Rp6,4 triliun atau setara dengan Rp 270 per saham. Dengan harga penutupan akhir pekan lalu di Rp386, maka nilai investasi Telkomsel bertambah jadi Rp9,14 triliun dan meraup potensi keuntungan sekitar Rp2,74 triliun.

"Dengan kenaikan harga saham GOTO sekarang, Telkomsel sudah untung lumayan. Namun, jika harga saham GOTO nanti turun lagi, seharusnya tidak menjadi masalah. Kenaikan maupun penurunan harga saham GOTO semestinya bukan persoalan karena tujuan investasinya adalah untuk menunjang bisnis Telkomsel dengan menggaet komunitas GOTO," kata Kiswoyo.

Kendati demikian, ia menilai manajemen Telkom semestinya memang harus memberikan penjelasan kepada publik maupun DPR terkait tujuan investasi di GOTO.

"Mereka harus terbuka supaya publik bisa memahami dengan jelas keputusan investasi Telkom di GOTO ini memiliki tujuan bisnis yang saling menguntungkan, termasuk bagi ekonomi nasional," ujar Kiswoyo.

Hal senada diungkapkan analis Mirae Sekuritas Nafan Aji. Masuknya Telkom melalui Telkomsel di GOTO dinilainya sudah memiliki perhitungan yang sangat matang.

Dalam ekonomi digital, kolaborasi adalah prinsip utama. Karena setiap perusahaan akan buang-buang uang dan waktu apabila membangun ekosistem dari awal. Dengan berkolaborasi, maka Telkomsel bisa melakukan monetisasi dari ekosistem GOTO.

"Telkom sebagi provider telekomunikasi digital berbasis internet melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dalam ekosistem GOTO. Ini hanya persoalan waktu yang sifatnya long term. Namanya investasi perlu prudent untuk mencapai growth yang diharapkan," ujar Nafan.

Menurut Nafan, investasi Telkom di GOTO secara tidak langsung turut menggerakkan ekonomi nasional melalui pelaku usaha yang menjadi mitra dalam ekosistem GOTO. Dalam dua tahun terakhir, kontribusi GOTO terhadap perekonomian nasional hampir 2 persen dari PDB.

"Masuknya Telkom di GOTO secara tidak langsung ikut mengembangkan UMKM atau para mitra yang ada di ekosistem tersebut. Dan itu peran yang seharusnya dijalankan oleh BUMN seperti Telkom," kata Nafan.

Nafan melihat, kinerja GOTO terus mengalami perbaikan berdasarkan laporan keuangan pada kuartal I 2022. Hal itu turut berdampak pada kenaikan harga saham GOTO. Namun menurutnya, pergerakan harga saham tidak selalu bertumpu pada kinerja perusahaan, ada juga faktor eksternal.

Contohnya pada pekan ini pelaku pasar modal tengah menunggu hasil keputusan suku bunga acuan The Fed.

"Pelaku pasar tengah bersiap dengan adanya turbulensi market yang dapat membuat nilai tukar rupiah dan harga saham emiten di bursa terkoreksi," ujar Nafan.

Tetapi, lanjut Nafan, investor jangka panjang tentu akan melihat pada kinerja dan aksi korporasi yang dilakukan oleh para emiten bursa sehingga dapat menyakinkan pasar.

"Jadi investor pasti akan kembali lagi melihat prospek daripada emiten itu sendiri," kata Nafan.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022