Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nawal Nely mengatakan Kementerian BUMN akan membangun enterprise risk management  (manajemen risiko perusahaan) untuk membantu BUMN menghadapi risiko pasca- COVID-19.

“Kita ada inisiatif untuk menggalakkan budaya risiko dan di waktu ini kita ingin membangun portofolio di level BUMN, platform enterprise risk management,” katanya dalam Workshop Implementasi Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa saat ini BUMN masih menghadapi volatilitas yang akan mempengaruhi cost of business sehingga setiap BUMN harus mengambil inisiatif mitigasi yang aktif.

“Cost of doing business will increase, dengan harga minyak dunia 120 dolar AS per barel sekarang, aku membayangkan pembangunan infrastruktur dan non-infrastruktur akan terdampak,” ucapnya.

Namun demikian, dibandingkan negara lain, ia menyebutkan bahwa Bank Dunia memperkirakan Indonesia akan mampu bertahan menghadapi volatilitas pasar sebagai dampak konflik geopolitik dan pemulihan ekonomi global.

“Bank Dunia mengasumsikan pertumbuhan semua negara akan menurun, kecuali Indonesia. Kita harus berterima kasih tapi tetap hati-hati, bagaimanapun inflasi dari luar akan berdampak kepada Indonesia,” ucapnya.

BUMN Indonesia pun perlu terus menjaga lingkungan yang stabil, mengambil langkah yang prudent (hati-hati), dan mengidentifikasi pendorong risiko.

Ia memperkirakan kondisi volatil saat ini akan berlanjut sampai tahun 2024 mendatang.

“Di tengah COVID-19 kita berhasil menyelesaikan restrukturisasi infrastruktur jalan dan kawan-kawan. Jadi terlepas dari semua situasi global yang memang menantang, jangan loose hope kita hanya perlu siap-siap,” ucapnya.

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022