Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum PBNU 2010-2020 Said Aqil Siradj meminta umat Islam menjadikan Buya Syafii Maarif sebagai teladan yang langkahnya hanya karena Allah.

"Beliau seseorang yang memiliki prinsip, tidak ada beban kepentingan ketika beliau memberikan pernyataan, baik ketika rapat BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) maupun di luar itu. Beliau kritis dan jujur, sederhana," kata Said dalam keterangan diterima di Jakarta, Selasa.

Said Aqil, usai berziarah ke makam Buya Syafii Maarif, mengatakan dirinya hormat dan kagum kepada mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu, terutama soal keteguhan dalam berprinsip.

Dia berharap  Buya Syafii Maarif dapat dijadikan teladan bagi seluruh umat Islam, terutama dalam sikapnya yang selalu berlandaskan pada kepentingan umat Islam.

"Semoga menjadi contoh kita semua, tidak hanya untuk warga Muhammadiyah, tetapi semua umat Islam. Beliau orang yang betul-betul langkahnya hanya karena Allah dan umat Islam. Tidak ada kepentingan," tambahnya.

Baca juga: Said Aqil : Pilih pemimpin yang diterima semua pihak

Cendekiawan Muslim, yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005, Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada Jumat (27/5) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Buya Syafii menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 menggantikan Amien Rais. Setelah tak lagi menjabat di PP Muhammadiyah, Syafii kemudian aktif di lembaga advokasi dan pendidikan yang didirikannya, yakni Maarif Institute.

Syafii Maarif juga dikenal sebagai penulis. Banyak pemikirannya yang mewarnai dunia Islam. Pada 2015, dia pernah menjadi Ketua Tim Independen yang mengatasi konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.

Sejak 28 Februari 2018 hingga akhir hayatnya, Syafii menjabat sebagai Anggota Dewan Pengarah BPIP. Tak hanya itu, Syafii juga menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).
 
Baca juga: Buya Syafii sang perekat keutuhan bangsa

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022