Dnamika varian yang cukup sulit untuk dikendalikan kemunculannya
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan dinamika kemunculan varian COVID-19 yang sulit dikendalikan perlu direspons masyarakat dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Mengingat dinamika varian (COVID-19) yang cukup sulit untuk dikendalikan kemunculannya, maka kita dapat menangkalnya dengan proteksi yang lebih baik. Tidak hanya 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) saja yang sudah kita biasakan selama dua tahun terakhir," kata Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual Perkembangan Penanganan Kasus COVID-19 Nasional yang diikuti dari YouTube BNPB di Jakarta, Selasa sore.

Wiku mengatakan PHBS secara keseluruhan telah terbukti efektif mencegah penyakit menular, termasuk COVID-19. Terdapat 12 perilaku dasar untuk hidup bersih dan sehat yang perlu terus dipertahankan meski pandemi COVID-19 telah usai.

Pertama, mencuci tangan saat sebelum dan setelah menyiapkan dan hendak makan, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh permukaan benda yang sebelumnya disentuh orang lain, sebelum dan setelah merawat orang yang sakit, termasuk menyentuh luka, setelah menggunakan toilet, setelah memegang atau memberi makan hewan, setelah menyentuh tempat sampah.

Baca juga: Virolog: Perkuat sosialisasi PHBS cegah cacar monyet

Baca juga: UNICEF: Imunisasi lengkap dan PHBS penting cegah hepatitis akut


"Mencuci tangan yang tepat setidaknya selama 20 detik dengan sabun dan air mengalir, mencakup mengusap dan menggosok seluruh bagian tangan," katanya.

PHBS kedua, kata Wiku, adalah mengenakan masker saat merasa tidak enak badan atau sakit, saat berada di antara kerumunan, saat berada di ruang tertutup atau sirkulasi udara yang minim.

Ketiga, tidak menyentuh wajah saat tangan tidak dalam keadaan bersih. "Studi Centers for Disease Control (CDC) menemukan bahwa setidaknya sebanyak 23 kali seseorang memegang wajahnya per jam dan 44 persen di antaranya menyentuh bagian mata, hidung, dan mulut," katanya.

Padahal nyatanya, bakteri, virus maupun mikroorganisme yang ada di tangan dapat dengan mudah masuk melalui saluran terbuka, kata Wiku menambahkan.

PHBS keempat, tidak keluar rumah saat merasa sakit. Baiknya mengisolasi sampai merasa atau benar-benar sembuh.

Kelima, minimalisasi untuk berkontak fisik dengan orang lain, contohnya berjabat tangan. "Masyarakat bisa menggantinya dalam bentuk salam dengan menaruh tangan di dada," katanya.

Keenam, disinfeksi permukaan benda secara rutin untuk membunuh mikroorganisme penyebar penyakit.

Ketujuh, menghindari berkunjung ke tempat yang ramai atau kerumunan. "Jika memang harus, maka kencangkan proteksi diri yang lain yaitu pastikan anda sudah divaksinasi booster dan memakai masker dengan sempurna," katanya.

Kedelapan, mengonsumsi makanan yang sehat, yaitu makanan yang mengandung nutrisi lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, maupun mineral. Kemudian perbanyak konsumsi buah dan sayur.

"Selanjutnya hindari konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan. Berikutnya memperbanyak makanan yang diolah sendiri untuk bisa menjamin kebersihannya," katanya.

Kesembilan, kata Wiku, minum air yang cukup dan hindari menunda haus. Biasanya delapan gelas atau setara 2 liter air per hari.

Kesepuluh adalah aktif secara fisik. Usahakan untuk berolahraga setidaknya 30 menit per hari atau tiga sampai dengan lima kali dalam sepekan.

Ke-11, biasakan istirahat tidur dalam durasi yang cukup. "Ketahuilah kapasitas tubuh dengan menyesuaikan waktu tidur yang diperlukan. Idealnya durasi rata-rata untuk tidur ialah 7 sampai dengan 10 jam," katanya.

Ke-12, menjaga kondisi mental yang baik, senantiasa bahagia dan tidak dalam keadaan panik berlebihan agar imunitas tubuh kita tetap terjaga.

Baca juga: Orang tua diharap ajak anak terapkan PHBS ciptakan pelajar berkualitas

Baca juga: "World Oral Health Day" jadi momentum ingatkan masyarakat soal PHBS

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022