Dengan demikian, surplus neraca perdagangan ini terjadi selama 25 bulan berturut-turut
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mengatakan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2022 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 21,51 miliar dolar AS dan impor 18,61 miliar dolar AS.

"Dengan demikian, surplus neraca perdagangan ini terjadi selama 25 bulan berturut-turut," kata Setianto saat jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Setianto menyampaikan surplus neraca yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor non-migas tinggi yakni 4,75 miliar dolar AS. Namun tereduksi defisit perdagangan sektor migas sebesar 1,86 miliar dolar AS.

Setianto memaparkan komoditas non-migas penyumbang surplus terbesar pada Mei 2022 adalah bahan bakar mineral, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewan nabati

Adapun perdagangan RI mengalami surplus terbesar dengan tiga negara pada Mei 2022 yaitu dengan India, Amerika Serikat, dan Filipina.

Baca juga: Kemenkeu: Ekspor tumbuh tinggi bukti perbaikan struktur ekonomi RI

Surplus terbesar disumbang oleh perdagangan RI dengan India dengan angka 1,5 miliar dolar AS pada Mei 2022 dan komoditas utama berupa bahan bakar mineral dan produk kimia.

Kemudian, surplus terbesar kedua disumbang oleh Amerika Serikat yang mencapai 1,2 miliar dolar AS dengan komoditas utama mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, dan aksesori atau rajutan.

Selanjutnya, surplus Indonesia dengan Filipina mencapai 833,6 juta dolar AS menyumbang surplus pada Mei 2022 dengan komoditas utama bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya.

Kendati demikian, perdagangan Indonesia juga mengalami defisit dengan beberapa negara, di antaranya dengan Australia mengalami defisit 535,5 juta dolar AS dengan perdagangan utamanya bahan bakar mineral, logam mulia, dan perhiasan atau permata.

Baca juga: Neraca perdagangan tembus rekor, Airlangga: Ekonomi RI kian tangguh

Lalu, defisit perdagangan juga terjadi dengan China pada Mei 2022 sebesar 479,8 juta dolar AS, di mana komoditas penyumbang defisit terbesar yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.

Kemudian, perdagangan dengan negara tetangga Thailand juga mengalami defisit 331,9 juta dolar AS dengan komoditas utama penyumbang defisit yakni gula, kembang gula, serta plastik dan barang dari plastik.

Dengan demikian neraca perdagangan RI secara kumulatif pada Januari-Desember 2022 mengalami surplus 19,79 miliar dolar AS dengan total ekspor 114,91 miliar dolar AS dan impor 95,18 miliar dolar AS.

Baca juga: Defisit perdagangan Indonesia dengan China turun 47,99 persen
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022