Artinya, sudah wajib dibeli di dalam negeri, terutama rumah sakit dan pusat layanan kesehatan di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan berkat kerja sama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, kementerian dan lembaga terkait, Kementerian Perindustrian berhasil memfasilitasi pembuatan ventilator di dalam negeri.

Bahkan, kata dia, jenis ventilator tersebut tergolong high end yang belum pernah diproduksi di dalam negeri, sehingga siap untuk merebut pasar ekspor.

“Hari ini kita tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa produksi ventilator, yang merupakan hasil karya bersama dengan perguruan tinggi UGM, UI, ITS, dan ITB. Produk ini telah berhasil mendapatkan izin edar, dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40 persen. Artinya, sudah wajib dibeli di dalam negeri, terutama rumah sakit dan pusat layanan kesehatan di Indonesia,” kata Menperin di Jakarta, Rabu.

Pada saat pandemi COVID-19 melanda dunia, lanjutnya, berbagai alat kesehatan seperti ventilator dan oksigen generator menjadi barang langka yang diperebutkan negara-negara penghasil alat kesehatan tersebut, untuk memproteksi industrinya agar produk tersebut diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri.

“Ini adalah sebuah lesson learn yang berharga bagi kita semua agar industri alat kesehatan nasional secara bertahap mampu memproduksi kebutuhan nasional dengan memanfaatkan inovasi yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga-lembaga riset nasional,” ungkap Menperin.

Baca juga: Kemenperin dukung percepatan produksi ventilator

Kemenperin telah menempatkan industri farmasi dan alat kesehatan sebagai sektor tambahan yang masuk dalam tujuh prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Dengan demikian kami berharap dunia usaha memanfaatkan peluang ini untuk mengisi pasar alat kesehatan di dalam negeri dan juga meningkatkan kualitas alat kesehatan untuk merebut pasar ekspor,” imbuhnya.

Menperin menambahkan kebutuhan ventilator di dunia terus tumbuh, bukan hanya untuk kebutuhan pandemi COVID-19, tetapi juga untuk penanganan penyakit kronis lainnya yang membutuhkan alat bantu pernapasan.

Market size dunia untuk ventilator ini diperkirakan tumbuh 5 persen setiap tahunnya, dengan nilai sebesar 5,79 miliar dolar AS pada 2021 untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, homecare, dan lainnya,” kata Menperin.

Pada 2027 diproyeksi pasar ventilator ini akan mencapai 9,13 miliar dolar AS. “Dengan demikian, hadirnya industri ventilator di dalam negeri baik jenis invasi dan non-invasi akan mendukung program substitusi impor alat kesehatan sebagaimana telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Jokowi untuk menggunakan produk-produk buatan dalam negeri,” tegasnya.

Oleh karena itu Kemenperin terus mendukung pertumbuhan dan kemandirian industri alat kesehatan dengan memberikan berbagai kebijakan yang kondusif serta instrumen yang berpihak. 

Baca juga: Kemenperin gandeng empat tim pengembang ventilator

”Persaingan industri ventilator dunia terus meningkat dengan keunggulan keunggulan inovasinya. Saat ini, kita melihat industri sejenis produk Becton Dickinson (US), Philips (Belanda), Hamilton Medical (US), Fisher & Paykel (New Zealand), Draeger (German), Medironic (Irlandia), GE Healthcare (US) terus melakukan ekspansi dan inovasi,” tutur Menperin.

Hadirnya industri ventilator di dalam negeri seperti YPTI (UGM) untuk high end ventilator, Ventilator Transport dari UI, Emergency Ventilator dari ITB, dan Portable Ventilator Emergency dari ITS, akan memberikan nilai tambah dan daya saing nasional yang tidak kalah dengan produk global.

“Kami berharap, bukan hanya ventilator saja, tetapi industri alkes lainnya yang bisa dibuat di dalam negeri akan memberikan daya saing nyata untuk industri nasional,” ujar Menperin.

Pada kesempatan tersebut dilaksanakan penyerahan bantuan ventilator jenis Emergency Ventilator dan ICU Ventilator dari pihak konsorsium kepada rumah sakit akademik UGM, yang merupakan Program Pengembangan Ventilator Dalam Negeri Kemenperin melalui kolaborasi antara UGM, PT YPTI, PT Swayasa Prakarsa dan PT Stechoq Robotika Indonesia didukungan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Baca juga: Gandeng industri, sekolah Kemenperin siap produksi ventilator
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022