Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh ke level terendah lima minggu
Singapura (ANTARA) - Pasar saham dunia menuju minggu terburuk sejak krisis pandemi Maret 2020 pada Jumat, karena investor khawatir kenaikan suku bunga tajam oleh bank-bank sentral akan mendorong ekonomi ke dalam resesi, sementara kekhawatiran pertumbuhan dan franc Swiss yang melonjak memukul dolar AS.

Sebuah kejutan kenaikan suku bunga 50 basis poin dari Bank Sentral Swiss (SNB) semalam mengirim franc pada kenaikan paling tajam dalam tujuh tahun, memaksa pelepasan carry trade dan memicu putaran baru kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga global akan mematikan pertumbuhan.

Hal ini juga membuat Bank Sentral Jepang (BOJ) benar-benar kesepian dalam pengaturan suku bunga rendahnya, memicu kegelisahan bahwa pembuat kebijakan akan menyesuaikan atau mengabaikannya pada Jumat.

Risiko itu telah memberi yen beberapa dukungan minggu ini, tetapi melemah dan turun hampir satu persen terhadap dolar menjadi 133,27 per dolar pada perdagangan pagi.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh ke level terendah lima minggu, terseret oleh aksi jual di Australia di mana ASX 200 jatuh 2,0 persen dan berada di jalur untuk penurunan mingguan 7,0 persen. Nikkei Jepang merosot 2,4 persen, sementara saham di China - di mana kenaikan suku bunga tidak terlalu mengkhawatirkan - adalah pengecualian dengan kenaikan moderat.

Semalam, Nasdaq merosot 4,0 persen, dan S&P 500 turun 3,3 persen. Saham dunia turun 5,7 persen untuk sejauh minggu ini, di jalur penurunan persentase mingguan paling tajam dalam lebih dari dua tahun.

Bank Sentral Inggris (BoE) juga mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin semalam, lebih kecil dari yang diharapkan, yang hanya berfungsi untuk memperkuat taruhan bahwa kenaikan yang lebih besar akan terjadi kemudian.

"Uang global semakin mahal, dan masih ada jalan untuk pergi," kata ekonom ING Asia Rob Carnell.

Semua mata akan tertuju pada BOJ selama jam Asia, dengan keputusan antara pukul 02.30 GMT dan 04.00 GMT.

Perdagangan di pasar obligasi Jepang yang biasanya tenang telah menjadi liar dalam beberapa hari terakhir karena spekulan menumpuk posisi jual kontrak berjangka dan obligasi tunai dalam taruhan pada BOJ yang menyerah.

Obligasi pemerintah Jepang sepuluh tahun diperdagangkan tepat di atas target imbal hasil de-facto 0,25 persen BOJ pada Jumat pagi.

Meskipun tidak memperkirakan perubahan apa pun, ahli strategi Deutsche Bank Alan Ruskin memperkirakan pasar akan bereaksi keras terhadap setiap perubahan kebijakan. "Memperkirakan imbal hasil 10-tahun JGB sebesar 50 basis poin ...dolar/yen turun 5 angka besar pada awalnya (dan) Nikkei jatuh 5,0 persen," katanya, dikutip dari Reuters.

Obligasi mengalami sesi semalam yang liar dengan utang Jerman dibuang setelah kenaikan suku bunga Swiss dan rencana Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mengarahkan pembelian obligasi ke negara-negara pinggiran, sebelum kekhawatiran pertumbuhan memangkas kerugian terberat.

Imbal hasil obligasi Jerman dua tahun menyelesaikan sesi naik 8,5 basis poin menjadi 1,152 persen dan imbal hasil obligasi 10-tahun naik 5 basis poin menjadi 1,703 persen.

Data tenaga kerja dan perumahan AS melemah pada Kamis (16/6/2022), di tengah angka penjualan ritel yang mengecewakan, dengan kekhawatiran memukul dolar dan membantu obligasi pemerintah.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun turun hampir 10 basis poins semalam tetapi menguat menjadi 3,2461 persen selama sesi pagi Asia. Imbakl hasil naik ketika harga turun.

Sterling naik 1,4 persen terhadap dolar semalam untuk mengantisipasi kenaikan agresif bank sentral Inggris yang akan datang. Euro naik 1,0 persen dan bertahan di sekitar 1,0535 dolar di Asia.

"Salah satu fenomena di pasar tampaknya menjadi reaksi jika bank sentral tidak bergerak secara agresif, imbal hasil dan harga berisiko lebih di jalan kenaikan suku bunga," kata ahli strategi NatWest Markets John Briggs.

"Atau, pasar mungkin terus menyesuaikan diri dengan prospek suku bunga global yang lebih tinggi ... karena momentum kebijakan bank sentral global semuanya satu arah."

Faktor lain yang menyeret dolar adalah lonjakan franc Swiss, karena digunakan sebagai mata uang pendanaan dan sering diubah menjadi dolar sebelum ditukar dengan hasil tinggi - yang berarti dolar dijual ketika perdagangan itu berbalik.

Kekhawatiran pertumbuhan membawa minyak pada perjalanan singkat lebih rendah semalam sebelum harga stabil. Minyak mentah berjangka Brent terakhir di 118,96 dolar AS per barel. Emas bertahan di 1.846 dolar AS per ounce dan bitcoin berada di bawah tekanan di 20.700 dolar AS.

Baca juga: Investor buang saham setelah Swiss dan Inggris naikkan suku bunga
Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah, indeks Shanghai tergerus 0,60 persen
Baca juga: Wall Street ditutup anjlok terseret naiknya kekhawatiran resesi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022