Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Center For Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Moh Sholeh Basyari mengemukakan tim pemantau haji yang diturunkan CSIIS di Makkah dan Madinah menyatakan bahwa para jamaah haji asal Indonesia puas dengan pelayanan Kementerian Agama.

Noh Sholeh Basyari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengatakan terdapat empat hal yang menjadi poin pemantauan yakni transportasi, akomodasi, konsumsi dan perilaku jemaah haji Indonesia di dua kota suci tersebut.

Kata dia, secara umum, layanan transportasi dari semua embarkasi haji di tanah air, tepat waktu. Demikian halnya dengan layanan transportasi dari bandara di Saudi menuju Makkah dan Madinah.

Namun, saat di Jeddah, jamaah tidak bisa segera memakai pakaian ihram. Hal ini disebabkan tidak ada ruang khusus di bandara yg difungsikan sebagai mushala. Hal itu berbeda dengan bandara-bandara di Indonesia yg memiliki fasilitas khusus yg diperuntukkan sebagai mushala.

Selanjutnya, pergeseran jamaah haji dari Madinah ke Makkah juga berlangsung lancar. Bus besar dilengkapi AC yang sejuk membantu jamaah mempercepat pemulihan di tengah cuaca panas di kota suci tersebut.

Ketika turun dari bus kata dia, jamaah hanya membutuhkan waktu lima menit untuk reservasi. Sambil menunggu reversasi jamaah secara bergiliran mendapat air zam-zam, aneka buah dan kurma.

"Hal ini terbantu dengan tenaga dan petugas haji yg sigap dan capak berbahasa Arab," ujar Sholeh yang sekaligus sebagai jamaah haji.

Secara umum, konsumsi yang disajikan tidak berbeda dengan di Indonesia. Makanan khas Indonesia secara bergiliran disajikan bergantian setiap hari.

Meski demikian, terdapat sejumlah jamaah kebutuhan khusus yang kesulitan mendapatkan makanan yang cocok.

Kata dia, jamaah haji asal Indonesia lebih tertib bila dibandingkan dari negara lain. Namun, ada pula kejadian dimana jamaah haji Indonesia saat tawaf dengan membawa wayang, yang pada akhirnya diamankan petugas keamanan.

Pewarta: Fauzi
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022