Jakarta (ANTARA News) - Upaya pemberantasan korupsi tidak hanya dapat dilakukan melalui cara hukum tapi juga dapat menempuh pendekatan budaya misalnya lewat media film agar nurani masyarakat tersentuh, kata pimpinan KPK Busyro Muqoddas di Jakarta, Kamis.

"Film ini lahir dari kontempelasi teman-teman di KPK, bagaimana memberantas korupsi yang telah menggurita secara sistemik selain dengan cara berbasis hukum tapi juga budaya, pilihannya jatuh ke film," kata Busyro dalam acara `press screening` film Kita Versus KPK.

Busyro yang juga menjadi produser eksekutif film itu berharap agar film tersebut dapat menyentuh nurani para koruptor yang ia sebut dalam keadaan tuna nurani, sekaligus menyentuh nurani keluarga sebagai basis moral pertama dan utama untuk melawan korupsi.

Film Kita Versus KPK merupakan gabungan empat film pendek berjudul Rumah Perkara (sutradara Emil Heradi), Aku Padamu (sutradara Lasja F. Susatyo), Selamat Siang, Risa! (sutradara Ine Febriyanti) dan Psstt... Jangan Bilang Siapa-Siapa (sutradara Chairun Nissa) yang masing-masing bercerita mengenai korupsi `kecil` di masyarakat.

Film pertama berkisah mengenai seorang lurah bernama Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang pernah berjanji untuk melindungi warganya, namun setelah ia menjabat malah mengusir satu per satu warga dari desa agar lahan mereka dijadikan kompleks perumahan oleh satu pengembang.

Konflik timbul karena ada seorang janda bernama Ella (Ranggani Puspandya) menolak untuk menyerahkan surat rumahnya padahal pihak pengembang sudah mengancam akan meratakan rumah Ella dengan buldozer.

Film kedua berjudul Aku Padamu yang berkisah tentang upaya sepasang kekasih (Nicholas Saputra dan Revalina S. Temat) untuk menikah di KUA, namun karena mereka tidak memiliki Kartu Keluarga, maka sang pemuda mencoba menyogok orang yang bekerja di KUA.

Namun pasangannya tidak setuju karena perbuatan tersebut dianggap sebagai "menyogok Tuhan". Ia teringat dengan teladan seorang guru pada masa kecilnya Markun (Ringgo Agus Rahman) yang menolak untuk menyogok agar diangkat menjadi guru tetap.

Sementara film Selamat Siang Risa! bercerita mengenai Woko (Tora Sudiro), seorang pegawai gudang yang bergaji pas-pasan namun berusaha untuk menolak suap yang diajukan seorang pengusaha penimbun beras untuk menyewa gudang itu.

Woko berupaya menolak meski ia tahu bahwa istrinya (Dominique Diyose) sedang berjuang mencari cara untuk mengobati anak mereka yang sakit.

Film terakhir berjudul Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa berkisah mengenai tiga sekawan pelajar SMA, Olla (Alexandra Natasha), Gita (Nasha Abigail) dan seorang temannya (Siska Selvi Dawsen) yang memiliki pandangan berbeda mengenai pengelolaan uang.

Olla dengan mudah melebihkan permintaan uang kepada orang tuanya yang ternyata juga melakukan penggelapan uang di tempat kerjanya, berbeda dengan Gita yang sabar menabung selama setahun untuk membeli kamera idamannya.

Keempat film tersebut mencoba untuk memberikan contoh-contoh kecil praktik korupsi dan upaya untuk melawan korupsi, dimulai dari entitas terkecil masyarakat yaitu keluarga. Namun ide yang ditampilkan bukan ide baru tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik dapat tetap menghibur penonton.

Film yang dibuat sebagai hasil kerja sama KPK, organisasi Transparency International Indonesia, Management Systems International, USAID dan Cangkir Kopi itu akan ditayangkan secara bergiliran di 17 kota mulai akhir Januari 2012.

Pemutaran film akan dilangsungkan di bioskop, kampus, instansi pemerintah, stasiun televisi lokal hingga stasiun televisi nasional.

(T.D017/S025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012