kami tidak pernah melawan pemerintah selama sejalan dengan alam
Denpasar (ANTARA) - Warga Desa Adat Intaran melakukan pemasangan baliho penolakan lokasi pembangunan Terminal LNG (Liquefied Natural Gas) di Kawasan Mangrove, Muntig Siokan, Denpasar, Bali, Minggu.

"Kita harus paham dengan adanya Terminal LNG di Kawasan Mangrove akan mengorbankan terumbu karang," kata Bendesa Adat Intaran I Gusti Agung Alit Kencana di sela-sela orasi.

Saat ratusan warga Desa Adat Intaran melakukan pemasangan baliho penolakan, Bendesa Adat memastikan tujuannya bukan untuk melawan pemerintah.

"Yang menjadi penolakan adalah lokasinya, LNG itu bagus energi bersih, tapi seharusnya di Benoa. Kami tidak pernah melawan pemerintah selama sejalan dengan alam," ujarnya.

Dalam orasinya, Bendesa Adat Alit Kencana menyebut bahwa masyarakat belum lama melakukan penanaman terumbu karang, begitu pula penanaman mangrove saat GPDRR Mei lalu.

Baca juga: Derap Indonesia capai target rehabilitasi mangrove
Baca juga: Pastikan kesiapan sambut KTT G20, Luhut tinjau Mangrove Tahura dan GWK

Alit mengetahui rencana Presiden Jokowi yang akan melakukan penanaman mangrove seluas 600 ribu hektare dalam rangka Presidensi G20 di Bali.

Rencana pemindahan lokasi Terminal LNG dari semula Pelabuhan Benoa dinilai akan memberi imbas negatif, khususnya bagi pariwisata di Muntig Siokan.

"Kawasan kita adalah kawasan pariwisata, tidak harus membangun Terminal LNG, bisa dengan membangun sarana penunjang pariwisata," kata Alit Kencana.

Baca juga: Jelang G20 pastikan dua kawasan mangrove di Denpasar tanpa sampah
Baca juga: Satgas Lingkungan Desa Pejarakan-Bali gencarkan edukasi tanam mangrove

Masyarakat yang hadir setuju ketika Bendesa Adat mengatakan bahwa kawasan tersebut harus dijaga, karena selama ini mereka lahir dan dibesarkan disana, pun juga demi anak cucunya nanti.

Ia turut menjelaskan rencana pembangunan terminal ini akan mengeruk 3,3 juta meter kubik lahan untuk memasukan tank, dan membabat 14 hektare hutan mangrove yang selama ini membantu dalam mencegah abrasi.

Selain itu, warga juga mempertimbangkan Pura yang akan terimbas pembangunan. Setidaknya enam pura sedang dipertahankan, yaitu Pura Dalem Pengembak, Pura Sukamerta, Pura Tirta Empul, Pura Merta Sari, Pura Campuhan, dan Pura Kayu Penyeneng.

Baca juga: PDIP peringati HUT ke-49 dengan menanam mangrove di Kabupaten Badung

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022