Jayapura (ANTARA) - Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri meminta aparat keamanan, khususnya Brimob dan TNI, yang berada di pos-pos meningkatkan kewaspadaan usai aksi penyerangan dan perampasan dua pucuk senjata api di Napua, Kabupaten Jayawijaya.
 
"Saya sudah minta pos-pos Brimob dan TNI, terutama di sekitar Wamena, Kabupaten Jayawijaya, hingga Kabupaten Nduga meningkatkan kewaspadaannya, " tegas Irjen Pol Fakhiri di Jayapura, Senin.
 
Dia mengakui dari laporan yang diterima saat ini dua pucuk senjata api yang dirampas dari almarhum Bripda Diego Rumaropen sudah berada di tangan KKB Nduga yang dipimpin Egianus Kogoya.

Baca juga: Polda Papua: Dua senjata yang dirampas dari polisi di tangan KKB Nduga
 
Untuk itu, Kapolda Papua ini meminta anggota TNI dan Polri meningkatkan kewaspadaan  dan jangan sampai jatuh korban baik masyarakat maupun anggota TNI-Polri.

Dia mengatakan, atas kejadian perampasan senjata ini pihaknya akan melakukan penegakan hukum dan berupaya menangkap para pelaku sekaligus menemukan kembali kedua pucuk senjata api yang dirampas anggota KKB.
 
"Mohon doa seluruh masyarakat Papua dan berharap kasus ini tidak dibawa ke rana politik karena yang terjadi adalah masalah kriminal sehingga akan dilakukan penegakan hukum," tegas Irjen Pol Fakhiri.

Baca juga: Polda Papua periksa Danki D Brimob Wamena terkait insiden Napua
 
Insiden Napua berawal dari tewasnya anggota Brimob Polda Papua beserta hilangnya dua pucuk senjata api terjadi Sabtu sore (18/6) sekitar pukul 17.00 WIT di Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya, setelah Danki D Brimob Wamena AKP R dimintai tolong warga untuk menembak sapi miliknya di Napua.
 
AKP R bersama Bripda Diego Rumaropen kemudian ke TKP dan setelah menembak sapi senjatanya dititipkan ke Bripda Diego Rumaropen. Beberapa saat kemudian datang sekelompok warga dan menyerang korban hingga meninggal dan mengambil kedua pucuk senjata api.
 
Dua pucuk senjata api organik Polri yang dibawa lari pelaku, yaitu senjata api jenis AK101 dan senjata api jenis SSG08 (sniper).
 

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022