Jakarta (ANTARA) -
Tokoh agama Katolik Antonius Benny Susetyo, Pr. atau Romo Benny mengatakan PDI Perjuangan tidak bisa lepas dari roh Soekarno karena partai tersebut telah menjadi barisan politik untuk melanjutkan ide dan gagasan Presiden pertama RI tersebut.

"PDI Perjuangan tak bisa lepas dari roh Soekarno karena Soekarno-lah yang memberikan kepada kita apa perjuangan politik itu. Perjuangan politik ialah pembebasan dari struktur yang menindas dan kebebasan dari keterasingan dan menjadi manusia beriman. Belajar dari Bung Karno adalah perjuangan yang tak kenal lelah," kata Romo Benny saat mengikuti secara daring acara doa bersama peringatan Haul ke-52 Bung Karno di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin malam.

PDI Perjuangan, lanjut Romo Benny, turut menjadikan politik menjadi bermartabat, bahkan kader partai tersebut turut memperjuangkan marhaenisme sebagai ajaran untuk membela rakyat kecil dan lemah.

"PDI Perjuangan turut berpikir, berpihak, bernalar lewat kebijakan-kebijakan untuk wong cilik (rakyat kecil)," kata Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu.

Dia juga menilai Bung Karno adalah sosok pemimpin negara yang tidak pernah mencari kekuasaan dan materi, melainkan hanya berjuang untuk mengangkat martabat kemanusiaan.

Dalam acara doa bersama itu, Romo Benny mengajak semua pihak untuk bersama-sama merenungkan Bulan Bung Karno supaya ajarannya merasuk ke dalam sanubari masyarakat. Dia juga berharap roh Bung Karno tetap hidup dan melindungi bangsa Indonesia.

"Mari kita sejenak berdoa mengenang Bung Karno, dan untuk mengenang pahlawan kita yang memerdekakan kita. Kita berdoa untuk juga semua perjuangan PDI Perjuangan dalam mengangkat martabat Indonesia," katanya.

Baca juga: PDIP tegaskan tidak campur tangan usulan bakal capres DPW NasDem

Dia juga mengajak semua pihak untuk merenungkan pemikiran dan aksi Bung Karno tentang peradaban Indonesia yang menjangkau dunia. Menurutnya, Proklamator RI itu tercatat membantu kemerdekaan sejumlah negara dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1965.

"Bung Karno sudah mampu menggelorakan api revolusi untuk mengatasi penindasan terhadap mereka yang lemah dan miskin," tambahnya.

Bung Karno, lanjut rohaniwan kelahiran Malang itu, membebaskan bangsa-bangsa dari kekuatan kolonialisme, ekonomi kapitalisme, dan supremasi rakus yang membuat rakyat miskin tersingkir.

"Bung Karno mampu membangkitkan bangsa ini untuk mewujudkan gotong royong dan gotong royong itulah kekuatan kita; dan roh Bung Karno yang hidup itu yang mampu membuat bangsa ini tetap eksis, dan kita mampu menghadapi pandemi COVID-19 karena roh Bung Karno bersama kita di dalam bangsa ini," jelasnya.

Baca juga: Ratusan kepala dan wakil kepala daerah PDIP teken surat komitmen

Sementara itu, Ketua Panitia Bulan Bung Karno Andreas Pereira menyampaikan ucapan terima kasih atas keikutsertaan Romo Benny, yang sedang berada di Kupang, Nusa Tenggara Timur, secara virtual dalam acara doa bersama tersebut.

"Jadi, malam ini sebagian besar sudah ada di sini, tetapi dengan segala kesibukan masing-masing belum sempat semua hadir; tetapi di tempat masing-masing semua ikut berdoa untuk Bung Karno. Terima kasih banyak, Pak," kata Andreas.

Anggota DPR RI itu berharap acara doa bersama yang dilakukan untuk memperingati hari wafat Bung Karno tersebut bisa membawa semangat kepada para kader PDI Perjuangan.

"Sebagaimana yang sudah disampaikan Romo Benny tadi, bahwa tugas kami adalah memperingati, juga memuliakan. Kami juga mempunyai tugas untuk meneruskan semangat api perjuangan Bung Karno," katanya.

Acara doa bersama dalam rangka peringatan Haul ke-52 Bung Karno itu diikuti oleh masyarakat dan kader dari seluruh agama dan penganut kepercayaan di Indonesia. Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan hal itu sebagai cerminan partai banteng sebagai rumah kebangsaan.

"Ini mencerminkan bagaimana PDI Perjuangan sebagai rumah kebangsaan untuk Indonesia Raya," ujar Hasto.

Baca juga: PDI Perjuangan gelar doa bersama Haul ke-52 Bung Karno
 
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022