kami perhatikan di lapangan, peran peternak ini lebih besar
Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar menargetkan sebanyak 87.677 ekor ternak sapi dan kerbau di daerahnya mendapatkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) supaya terhindar dari serangan wabah mematikan itu.

“Populasi sapi dan kerbau di Aceh Besar sekitar 87 ribu ekor maka kita mengusulkan vaksin PMK sekitar 90 ribu (dosis) dan itu baru sapi dan kerbau saja, belum domba dan lainnya,” kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Dinas Pertanian Aceh Firdaus di Aceh Besar, Selasa.

Dinas Pertanian mencatat total populasi sapi di kabupaten setempat sebanyak 81.276 ekor dan kerbau sebanyak 6.401 ekor. Saat ini, kata dia, ternak yang sudah terinfeksi PMK sekitar 4.185 ekor dan sembuh sekitar 1.000 ekor.

Menurut Firdaus, vaksin PMK akan diberikan kepada ternak yang sehat, supaya terhindar dari infeksi wabah PMK. Sedangkan terhadap ternak yang terkena PMK, pihaknya akan terus memberi pengobatan.

“Saat ini masih terus dilakukan pengobatan dari dokter hewan, mulai dari pemberian vitamin, antibiotik, serta treatment kesehatan lain,” katanya.

Baca juga: Pemerintah catat 27.379 ternak di Aceh terinfeksi PMK
Baca juga: Sebanyak 1.024 ternak di Aceh Barat terjangkit PMK

Menurut Firdaus, pengusulan kebutuhan vaksin PMK kepada Kementerian Pertanian RI dilakukan oleh Pemerintah Aceh. Rencananya, kata dia, vaksin PMK akan didistribusikan ke daerah-daerah pada akhir Juni 2022.

“Kalau sudah sembuh nanti tentu akan divaksin juga, tapi sekarang bagi yang sakit upayanya dilakukan treatment kesehatan dulu, pengobatan dulu,” katanya.

Firdaus menambahkan, ternak yang sembuh itu tidak lepas juga peran besar dari para peternak yang selalu memantau perkembangan kesehatan ternak mereka, dan bahkan juga ikut memberikan obat-obatan tradisional.

“Kami perhatikan di lapangan, peran peternak ini lebih besar. Mereka juga memberikan telur bebek, gula aren kepada ternak mereka dengan tujuan agar stamina ternak kembali pulih,” katanya.

Sedangkan ternak yang mati, kata dia, memang sudah dalam kondisi yang sangat parah, ditambah lagi penanganan yang terlambat karena ternak tersebut dilepas liar.

“Jadi ketika ditemukan kondisinya sudah parah, kuku sudah terkelupas, mulut sudah rusak, jadi yang mati ini umumnya karena terlambat ditangani,” katanya.

Baca juga: Pemko tutup pengiriman ternak ke Sabang cegah PMK makin parah

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022