Houston/Washigton (ANTARA) - CEO Chevron Michael Wirth pada Selasa (21/6/2022) membantah kritik pejabat Gedung Putih terhadap industri minyak atas biaya energi, dengan mengatakan penurunan harga bahan bakar akan memerlukan "perubahan pendekatan" oleh pemerintah.

Surat itu adalah yang terbaru dari serangkaian perseteruan sengit antara industri minyak AS dan Presiden Joe Biden mengenai siapa yang harus disalahkan atas harga bahan bakar yang tinggi yang telah mendorong inflasi ke level tertinggi 40 tahun.

Gedung Putih meminta CEO dari tujuh penyulingan dan perusahaan minyak termasuk Chevron ke pertemuan minggu ini untuk membahas cara meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi harga energi. Wirth mengatakan dia akan hadir.

“Pemerintahan Anda sebagian besar berusaha untuk mengkritik, dan terkadang menjelekkan, industri kami,” kata Wirth dalam sebuah surat kepada Biden. "Tindakan ini tidak bermanfaat untuk memenuhi tantangan yang kita hadapi."

Beberapa jam kemudian, Biden mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa eksekutif itu terlalu sensitif. "Saya tidak tahu perasaan mereka akan terluka semudah itu," kata presiden ketika ditanya tentang surat Wirth.

Pada 10 Juni, Biden mengecam perusahaan minyak karena membuat rekor keuntungan dan mendesak mereka untuk meningkatkan produksi minyak dan kapasitas penyulingan untuk mengurangi harga bensin. Dia juga menuduh Exxon Mobil Corp menghasilkan "lebih banyak uang daripada Tuhan".

Biden berada di bawah tekanan atas rekor harga bensin, dan inflasi adalah masalah utama bagi pemilih menjelang pemilihan November dengan kendali Kongres dipertaruhkan.

Wirth mengatakan industri minyak membutuhkan kejelasan dan konsistensi mengenai masalah kebijakan mulai dari sewa dan izin di tanah federal, hingga kemampuan untuk mengizinkan dan membangun infrastruktur dan peraturan penting yang mempertimbangkan biaya dan manfaat.

"Kami membutuhkan dialog yang jujur," kata Wirth. "Salah satu yang mengakui industri kami adalah sektor vital ekonomi AS dan sangat penting untuk keamanan nasional kami."

Para penyuling berjuang untuk memenuhi permintaan global untuk solar dan bensin, memperburuk harga tinggi dan memperparah kekurangan dari konsumen besar seperti Amerika Serikat dan Brazil ke negara-negara kecil seperti Ukraina yang dilanda perang dan Sri Lanka.

Harga bensin di SPBU AS mendekati 5 dolar AS per galon karena melonjaknya permintaan bahan bakar motor bertepatan dengan hilangnya kapasitas pemrosesan sekitar 1 juta barel per hari. Dalam tiga tahun terakhir, banyak pabrik yang tutup saat permintaan bahan bakar menurun di puncak pandemi COVID-19.

Kilang minyak AS terakhir dibangun pada 1970-an, kata Wirth awal bulan ini dalam sebuah webcast, dan pengurangan ekspor dari Rusia dan China juga berkontribusi pada kekurangan pasokan global.

"Saya pribadi tidak percaya akan ada kilang minyak baru yang pernah dibangun di negara ini," kata Wirth awal bulan ini dalam sebuah webcast. "Dunia dibatasi pada saat permintaan produk meningkat."


Baca juga: Pasokan ketat, harga minyak naik di pasar Asia
Baca juga: Minyak sedikit menguat di tengah permintaan kuat dan pasokan ketat
Baca juga: Harga minyak anjlok ke terendah 4-minggu terseret kekhawatiran resesi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022