Bojonegoro (ANTARA News) - Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Jatim, Saptatik mengatakan, Balai Arkeologi Yogyakarta, akan diminta untuk meneliti situs Mlawatan, yang diperkirakan bekas peninggalan kerajaan Malawapati.

"Permintaan penelitian di situs Mlawatan tersebut, sebagai langkah awal, sebelum dilakukan penggalian purbakala," katanya, Selasa.

Ia menjelaskan, penggalian purbakala di situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu, sebagai langkah untuk membuktikan keberadaan kerajaan Malawati dengan rajannya, Anglindarma, bukan legenda, namun merupakan fakta sejarah.

"Kalau memang benar di situs Mlawatan, ditemukan bekas keraton, berarti keberadaan Anglingdarma bukan legenda, tapi merupakan fakta sejarah," katanya, menegaskan.

Menurut dia, permintaan penelitian tersebut, merupakan langkah meneruskan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Tim Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Tradisi (BPNST) Yogyakarta, pada 2011 lalu.

Dalam kesimpulannya, TIM BPNST yang juga menulis buku "Jejak Petilasan Anglindarma" yang terdiri dari Drs. Sukari dan Dra. Suyami, menyebutkan, masih dibutuhkan penggalian purbakala untuk membuktikan kebenaran keberadaan kerajaan Malawapati.

Hasil kesimpulan itu, lanjutnya, sama dengan hasil penelitian sejumlah tokoh masyarakat dengan mata batin yang meminta dilakukan penggalian purbakala. Sebab, sejumlah tokoh masyarakat setempat, berhasil menemukan tumpukan batu bata kuno yang diperkirakan, merupakan bekas sebuah bangunan.

Saptatik mengaku, belum bisa menyebutkan kapan pelaksanaan penggalian purbakala dimulai, karena masih melakukan koordinasi dengan Balai Arkeologi Yogyakarta. Namun, untuk melakukan penggalian purbakala sudah dialokasikan anggaran sebesar Rp100 juta dari APBD 2012.

"Secepatnya kami lakukan koordinasi dengan Balai Arkeologi Yogyakarta, untuk turun melakukan penelitian awal," jelasnya.

Menurut dia, pihaknya, juga sudah melaporkan perkembangan laporan hasil penelusuran jejak petilasan Anglingdarma kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto. Dalam sarannya, untuk penggalian purbakala di situs Mlawatan, diminta dikoordinasikan dengan Balai Arkeologi Yogyakarta.

Salah seorang penyusun buku "Jejak Petilasan Anglingdarma", Sukari mengatakan, sebelum melakukan penulisan buku Jejak Petilasan Anglingdarma, didahului dengan survei ke lokasi Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu.

Dalam survei itu, penulis juga melakukan wawancara dengan sejumlah tokoh di desa setempat, dan melakukan peninjauan lapangan sejumlah peninggalan purbakala yang berhasil dikumpulkan warga.

Di situs Mlawatan, di sekitar "lemah mbag" (tanah gembur), ditemukan sumur "lapen" yang di era jaman dulu merupakan lokasi tempat persembunyian senjata, "tai besi" (bahan bekas pembuatan senjata) dan temuan tumpukan batu bata kuno yang tertimbun tanah.

Dalam bukunya itu, digambarkan, temuan batu bata kuno tersebut, diperkirakan merupakan peninggalan sebuah bangunan kuno. "Tumpukan batu bata kuno yang tertimbun tanah cukup panjang," kata Sukari, yang mengaku, ikut menunggui penggalian yang dilakukan oleh warga setempat.
(T.KR-SAS/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012