Kehadiran pasar timah di BKDI akan membawa dampak positif bagi penghasil timah di Indonesia karena pelaku industri timah akan turut aktif menentukan harga timah.
Pangkalpinang (ANTARA News) - Penutupan harga pada perdagangan perdana bursa timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) mencatatkan harga timah INATIN, Rabu (1/2) ditutup dengan harga 24.500 Dolar Amerika Serikat (USD) per per metrik ton atau lebih tinggi dari harga bursa timah pada London Metal Exchange (LME) sebesar USD24.290 per metrik ton.

Hal tersebut berarti ada perbedaan USD110 diantara kedua pasar bursa komoditi tersebut, demikian dipantau oleh ANTARA News.

"Penutupan harga timah pada perdagangan perdana di BKDI cukup baik dan ini merupakan awal yang baik bagi INATIN dan Industri Timah Indonesia," ujar Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abrun Abubakar, di Pangkalpinang, Kamis.

Ia menjelaskan, perdagangan timah di bursa BKDI dibuka dengan harga USD 24.640 per metrik ton, akhirnya ditutup dengan harga USD 24.500 per metrik ton dengan traksaksi perdagangan yang terjadi sebanyak dua lot.

"Harga penutupan ini sedikit lebih tinggi dari harga bursa timah di LME pada saat penutupan kemarin (31/1) sebesar USD 24.290 per metrik ton," ujarnya.

Ia mengatakan, tercatat sembilan perusahaan menjadi anggota atau peserta transaksi yaitu PT Timah Tbk, 3H CO Ltd, Gold Matrix Resources Pte Ltd, Purple Products Pvt Ltd, PT Tambang Timah, PT Mitra Stania Prima, PT Comexindo International, PT Timah Industri dan PT Refined Banka Tin.

"Perdagangan perdana timah INATIN dibuka, setelah perdagangan pasar bursa INATIN diresmikan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, pukul 14.30 WIB di BKDI, Jakarta," ujarnya.

Menurut dia, spesifikasi kontrak INATIN yaitu lima metrik ton untuk setiap lot dengan fluktuasi harga minimum USD 5 dengan kualitas timah yang diperdagangkan memiliki kadar timah minimum 99,90 % atau SN 99,90 persen dan merek timah yang diperdagangkan yaitu Bangka dan Kundur.

"Kehadiran pasar timah di BKDI akan membawa dampak positif bagi penghasil timah di Indonesia karena pelaku industri timah akan turut aktif menentukan harga timah," ujarnya.

Ia mengatakan, perdagangan timah di BKDI akan dilakukan dalam satu sesi setiap hari Senin sampai Jumat - kecuali hari libur nasional Indonesia dimana perdagangan ikut diliburkan hingga selama 15 menit dimulai pukul 14.30 WIB hingga 14.45 WIB.

"Perdagangan kontrak fisik timah di BKDI harus dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku usaha pertimahan di Indonesia, agar logam timah menjadi acuan harga komoditi sebagai produk Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, penutupan harga timah di perdagangan perdana INATIN yang sedikit lebih tinggi dari LME ini mengindikasikan bursa timah di BKDI mampu mendongkrak harga timah dunia.

"Perdagangan timah di BKDI ini merupakan wujud kedaulatan Indonesia, yang mengubah posisinya dari `price taker` seperti yang terjadi selama ini menjadi `price maker`.

Kami harapkan seluruh pelaku usaha timah di Indonesia dapat mengacu ke BKDI, jika semua pihak bersatu dengan tata kelola pertambangan dan tata niaga timah yang baik, dapat dipastikan harga timah tidak lagi terpuruk seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu, harga timah di pasar dunia anjlok yang berdampak langsung perekonomian masyarakat yang ditandai menurunnya daya beli masyarakat khususnya masyarakat di Babel," ujarnya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012