Rasio (PMI) manufaktur/jasa cenderung menjadi barometer yang baik untuk mata uang pro-siklus,
New York (ANTARA) - Euro tergelincir pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena data PMI Jerman dan Prancis yang lebih lemah dari perkiraan mendorong para pedagang memangkas taruhan kenaikan suku bunga besar dari Bank Sentral Eropa (ECB).

Di sisi lain, dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, karena selera risiko memburuk, dengan obligasi pemerintah AS yang aman dalam permintaan di tengah meningkatnya prospek resesi.

Harga-harga yang lebih tinggi di zona euro berarti permintaan untuk barang-barang manufaktur turun pada Juni pada tingkat tercepat sejak Mei 2020 di puncak pandemi virus corona. Indeks Manajer Pembelian (PMI) pabrik dari S&P Global turun ke level terendah hampir dua tahun di 52,0 dari 54,6.

"Rasio (PMI) manufaktur/jasa cenderung menjadi barometer yang baik untuk mata uang pro-siklus. Rasionya telah turun tajam relatif terhadap AS," kata Mazen Issa, ahli strategi senior valas dalam sebuah catatan penelitian.

"Dinamika ini biasanya konsisten dengan ketahanan dolar AS lebih lanjut. Ini dapat didukung ketika kekhawatiran resesi meningkat."

Mengikuti data, pasar uang memperkirakan sekitar 30 basis poin (bps) kenaikan suku bunga ECB pada Juli dibandingkan dengan perkiraan 34 basis poin pada Senin (20/6/2022). Pedagang juga memangkas ekspektasi seberapa besar ECB akan menaikkan suku bunga pada akhir 2022 menjadi 161 basis poin, dibandingkan dengan 176 basis poin pada Senin (20/6/2022).

Di Amerika Serikat, Indeks Output PMI Gabungan AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 51,2 pada Juni dari angka akhir 53,6 pada Mei, S&P Global mengatakan pada Kamis (23/6/2022).

Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan di sektor swasta. Indeks pesanan komposit jatuh ke 47,4, kontraksi pertama sejak Juli 2020, dari 54,9 pada Mei.

Terhadap dolar, euro turun 0,5 persen menjadi 1,0509 dolar. Euro sebelumnya turun di bawah level kunci 1,05 dolar untuk ketiga kalinya minggu ini. Euro juga turun 1,4  persen terhadap mata uang Jepang menjadi 141,85 yen.

Kerugian euro menarik dolar menjauh dari posisi terendah sebelumnya dan mengirim greenback ke wilayah positif terhadap para pesaingnya setelah komentar hati-hati oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu (22/6/2022) membebani sentimen.

Indeks dolar naik 0,3 persen menjadi 104,48.

Sementara pasar dengan teguh memegang pandangan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada Juli, beberapa analis percaya ECB dan bank sentral Inggris akan mengadopsi jalur pengetatan yang lebih lunak atau berisiko merusak pertumbuhan.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu (22/6/2022) bahwa resesi "tentu saja merupakan kemungkinan," yang mencerminkan kekhawatiran di pasar keuangan bahwa langkah pengetatan Fed akan menghambat pertumbuhan.

Ketua Fed juga bersaksi pada Kamis (23/6/2022) di depan Dewan Perwakilan Rakyat, mengulangi komitmen "tanpa syarat" untuk memerangi inflasi.

"Ekspektasi kami bahwa faktor-faktor global akan semakin penting dalam mendorong penguatan dolar lebih lanjut konsisten dengan munculnya tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi di tengah pengetatan moneter yang agresif oleh The Fed dan sebagian besar bank sentral utama lainnya," kata Jonathan Petersen, ekonom pasar di Capital Economics.

Sejak awal tahun di tengah gejolak di Ukraina dan penurunan di Wall Street dengan S&P 500 turun 20 persen, indeks dolar telah naik lebih dari 9,0 persen.

Terhadap yen, dolar turun 0,9 persen menjadi 134,94 yen, mundur lebih jauh dari level tertinggi 24 tahun awal pekan ini.

Data AS menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu, karena kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat, meskipun pelambatan muncul.

Klaim pengangguran awal AS turun ke 229.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 18 Juni. Klaim telah berada di kisaran ketat sejak jatuh ke level terendah lebih dari 53 tahun di 166.000 pada Maret.

Baca juga: Euro dan sterling jatuh, dipicu kekhawatiran lonjakan inflasi Inggris

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022