Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan penduduk lanjut usia (lansia) mempunyai peran dalam mencegah anak terkena kekerdilan yang banyak memberi dampak buruk berkelanjutan pada hidup seorang anak.

"Hal ini merupakan sumber daya yang ada dalam keluarga itu sendiri, bagaimana pola asuh yang diberikan lansia dapat diselaraskan dengan pola asuh orang tua. Pengalaman dan pengetahuan hal-hal positif dari lansia dapat diteladani dan dilanjutkan,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti dalam Webinar Peran Grand Parenting Dalam Pencegahan Stunting di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan data milik Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan bahwa satu dari dua atau 49,46 persen lansia masih aktif bekerja. Sementara 34,71 persen lansia tinggal bersama tiga generasi dalam rumah tangga.

Nopian menuturkan rumah yang ditinggali seorang lansia bersama anak dan cucunya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi keluarga, sehingga pengasuhan pada anak dapat dilakukan dengan lebih matang dan maksimal.

Tinggalnya lansia dan keluarga di bawah satu atap yang sama merupakan waktu tepat yang sangat positif dalam meningkatkan kualitas pengasuhan balita dan anak sekaligus mendukung dalam penurunan angka prevalensi kekerdilan pada anak (stunting).

Baca juga: BKKBN: Lansia meningkat bukti keberhasilan pembangunan manusia

Sebab, pola pengasuhan kakek dan nenek yang baik serta benar dapat memberikan dukungan, dorongan dan bantuan yang berharga bagi kualitas tumbuh kembang anak serta menentukan kepribadian anak di masa dewasanya.

Menurut Nopian, pola pengasuhan pada balita dan anak itu menjadi sangat efektif pada pembentukan gizi, karakter dan kesehatan psikis maupun fisik anak, mengingat lansia adalah orang yang sangat berpengalaman, sangat dihormati, didengar dan orang yang selalu memberi nasihat pada anggota keluarga.

"Faktor penyebab stunting itu bukan hanya dari kesehatannya saja, dan intervensinya bukan hanya dari pemerintah saja sehingga lingkungan keluarga merupakan salah satu upaya untuk pencegahan stunting,” ujar Nopian.

Rektor Universitas YARSI Prof. dr. Fasli Jalal, Sp.GK, Ph.D mengatakan lansia memiliki kelebihan dalam mengajarkan orang tua mengenai pola asuh yang baik dan bijaksana melalui pengalaman dan pengetahuan semasa hidupnya.

Fasli mencontohkan dalam upaya pencegahan stunting, kakek nenek dapat mencontohkannya dengan menggunakan kearifan lokal seperti adat budaya Minangkabau (Manjujai) yang diimplementasikan melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) BKKBN serta program pemerintah dalam pelayanan tumbuh kembang anak.

Baca juga: IBI berkomitmen terus tingkatkan pelayanan kepada masyarakat

Program itu nantinya akan berbentuk sebuah buku yang berisikan ujaran kebaikan, doa, nyanyian dan kisah yang dirangkum dalam 40 permainan untuk meningkatkan stimulasi psikososial anak balita, disamping meningkatkan asupan gizi dari anak.

“Melalui permainan kearifan lokal, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sosial, emosional, kognitif, motorik dan bahasa serta meningkatkan pertumbuhan fisik anak sekaligus upaya melestarikan kembali budaya sebagai pola pengasuhan anak di masyarakat,” ucap dia.

Baca juga: BKKBN: Bidan berperan strategis dalam penanganan stunting

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022