Semua sepakat, tidak boleh ada orang di dunia, terutama negara G20 yang tidak mendapatkan akses energi. Makanya, kita mengusulkan keadilan energi
Jakarta (ANTARA) - Ketua Kelompok Kerja Transisi Energi atau Energy Transition Working Group (ETWG) Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan bahwa para peserta sidang telah menyepakati kesepakatan dalam mempercepat transisi energi untuk diterapkan terutama di negara-negara anggota G20.

"Selama dua hari ini, kita punya komunikasi yang sangat baik. Mereka (anggota G20) mengapresiasi Presidensi Indonesia, apa yang kita sampaikan merupakan apa yang mereka perlukan. Khusus Bali Compact, secara umum mereka sepakat, masih ada sedikit perubahan redaksi," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat.

Yudo menjelaskan bahwa keseluruhan konsep Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (Compact) mengacu pada tiga isu utama, yaitu akses energi, teknologi, dan pendanaan.

Sidang ETWG-2 mengembalikan kepada dasar isu tersebut, sehingga diharapkan bisa menjawab tema besar Presidensi G20 Indonesia, yakni recover together, recover stronger.

Salah satu poin dalam Bali Compact adalah ketahanan energi yang lahir dari krisis energi akibat ketegangan geopolitik dan pasca pandemi COVID-19.

"Semua sepakat, tidak boleh ada orang di dunia, terutama negara G20 yang tidak mendapatkan akses energi. Makanya, kita mengusulkan keadilan energi," kata Yudo.

Lebih lanjut ia menekankan bahwa sekarang ini akses energi menjadi permasalahan untuk negara maju maupun negara berkembang.

"Ini pertama kali, mereka (negara maju) berbicara (pentingnya akses energi). Jadi, ini konsen seluruh dunia," jelas Yudo.

Selain itu, penurunan emisi merupakan salah satu hasil nyata dalam forum energi G20. Menurut Yudo, ini dua sisi mata uang yang sama, sehingga pertemuan energi dan lingkungan didesain secara back to back.

Sejauh ini, hasil persidangan belum menentukan secara spesifik jenis teknologi yang dimanfaatkan untuk percepatan transisi energi. Selama persidangan, Presidensi Indonesia justru mendapatkan tawaran dari beberapa negara G20 untuk menerapkan teknologi tertentu, seperti penangkapan karbon atau carbon capture.

"Kita belum tentukan (carbon capture) itu. Tapi sudah disampaikan oleh beberapa negara. Mereka malah mengusulkan itu kepada Indonesia sebagai Presidensi. Ini sifatnya high level, semacam menentukan dulu prinsip bersama, apakah kita perlu sampai bicara teknologi tertentu," jelas Yudo.

Forum energi G20 telah sepakat terhadap pentingnya pemanfaatan energi baru terbarukan secara perlahan-lahan untuk menggantikan sumber energi fosil. Kendati begitu, implementasi kebijakan tetap menyesuaikan kondisi masing-masing negara.

Dalam pelaksanaan sidang ETWG-2, Pemerintah Indonesia mendapat apresiasi tinggi dari para delegasi atas kesuksesan selama persidangan.

"Apresiasi dari semua delegasi atas apa yang kita kerjakan, kita siapkan, kita tawarkan. Kita menampung dengan baik masukan mereka dan kita menyampaikan kembali hasil dari rangkuman yang mereka usulkan," kata Yudo.

Setelah persidangan, para delegasi akan mengikuti serangkaian kegiatan ETWG-2, di antaranya melihat secara langsung pemanfaatan energi baru terbarukan, yaitu pembangkit listrik tenaga surya di Pulau Messah, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu besok (25/6).

Baca juga: Isu ketahanan energi jadi pembahasan serius dalam sidang ETWG
Baca juga: Indonesia dorong peningkatan akses energi negara berkembang
Baca juga: Menteri Arifin minta pelaku industri kembangkan perahu listrik

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022