Denpasar (ANTARA) - Sejumlah lomba olahraga tradisional Bali digelar di Lapangan Puputan Margarana, Denpasar, untuk memeriahkan agenda Jantra Tradisi Bali yang diikuti perwakilan duta kabupaten/kota di Pulau Dewata.

"Masyarakat, khususnya anak-anak, banyak tidak tahu kearifan lokal dan tradisi luar biasa yang dimiliki. Ini untuk mengimbangi derasnya pengaruh permainan berbasis teknologi," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Sabtu.

Ada tiga olahraga tradisional Bali yang dilombakan, yakni Tajog (egrang), Bolak Balik Balok dan Deduplak. Selain itu juga dimeriahkan Murtirupa (demonstrasi) Megangsing dari Sekaa Megangsing Kayu Sambuk, Desa Gobleg, Kabupaten Buleleng.

Agenda Jantra Tradisi Bali, ujar Arya Sugiartha, menjadi salah satu agenda penanda Pesta Kesenian Bali (PKB) Era Baru, sehingga dalam PKB juga digabung dengan ajang Jantra Tradisi Bali dan Bali World Culture Celebration (BWCC).

Pihaknya berharap tradisi-tradisi Bali yang memiliki nilai kebersamaan, nilai keindahan, nilai kemanusiaan, nilai etika bisa dibangkitkan kembali sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru.

"Jantra Tradisi Bali memberikan apresiasi pada permainan tradisional, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, dan pengobatan tradisional. Ini harus diwadahi dan diberi ruang karena sudah masuk dalam Perda No 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali," ucapnya, saat membuka acara perlombaan tersebut.

Pelaksanaan lomba olahraga tradisional ini sekaligus menjadi persiapan Bali untuk mengikuti Pekan Kebudayaan Nasional pada 2023.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha, Ketua Umum KPOTI Provinsi Bali IGN Kesuma Kelakan dan sejumlah undangan saat menyaksikan demonstrasi Megangsing di sela-sela pelaksanaan lomba olahraga tradisional di Denpasar, Sabtu (25/6/2022). ANTARA/Ni Luh Rhismawati/am.



"Olahraga dan permainan tradisional selain membutuhkan kekuatan fisik dan kecerdasan, juga ada unsur etika dan estetikanya. Jadi, tidak saja untuk mencari kalah menang, akan tetapi bagaimana kita menjaga tradisi yang banyak mengandung nilai kehidupan," ucap mantan Rektor ISI Denpasar ini.

Pada lomba yang juga disambut antusias oleh masyarakat yang sedang berolahraga di Lapangan Puputan Margarana itu, Kota Denpasar keluar sebagai Juara Umum karena berhasil memenangi atau meraih juara I untuk ketiga kategori lomba.

Untuk lomba Metajog, juara I diraih Kota Denpasar, kemudian Kabupaten Klungkung (juara II) dan Kabupaten Tabanan (juara III). Sedangkan pada lomba Deduplak, juara I diraih Kota Denpasar, Kabupaten Badung (juara II) dan Kabupaten Klungkung (juara III).

Pada lomba Bolak Balik Balok, Kota Denpasar (juara I), Kabupaten Klungkung (juara II) dan Kabupaten Tabanan (juara III).

Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Provinsi Bali IGN Kesuma Kelakan yang turut hadir dalam acara lomba menyampaikan apresiasi digelarnya perlombaan tersebut.

"Ini sesuai dengan visi misi Gubernur Bali, yang salah satunya membangun budaya melalui olahraga tradisional," ucap Kesuma Kelakan.

Anggota DPR ini pun berharap agar kegiatan olahraga maupun permainan tradisional bisa dikaitkan dengan pariwisata sehingga wisatawan tidak melihat Bali hanya dari alam dan kulinernya, tetapi juga dari permainan tradisional.

"Pelaku pariwisata hendaknya mulai memperkenalkan bahwa di Bali ini setiap daerah memiliki permainan tradisional," katanya menambahkan.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022