Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Prof KH Zainal Abidin mengemukakan haji termasuk salah satu ibadah yang dilakukan oleh jamaah dengan membutuhkan kesiapan dan kesehatan fisik.

"Ini perlu diperhatikan oleh jamaah calon haji, bahwa ibadah haji menjadi ibadah yang sangat membutuhkan kesiapan fisik dan kesehatan fisik," katanya di Kota Palu, Sabtu.

Guru Besar UIN Palu sekaligus Ketua FKUB Sulteng ini mengemukakan, ibadah haji termasuk ibadah yang demonstran, artinya ibadah yang membutuhkan gerakan sangat banyak dan kesiapan fisik.

Karena itu, Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu menyebutkan calon haji perlu memperhatikan kesehatan fisik, bahkan  menjaganya sampai puncak pelaksanaan haji.

Baca juga: Gubernur ingatkan JCH Sulteng jaga silaturahim di Tanah Suci

Baca juga: Pengawas internal: Pelaksanaan ibadah haji di Mekkah relatif baik


"Ini harus menjadi fokus dari seluruh calon haji. Bahwa kesehatan menjadi hal penting dalam melaksanakan ibadah haji, termasuk saat puncak ibadah haji 8, 9 10 Dzulhijah, calon haji harus prima," ujar Rais Syuriah PBNU itu.

Ia mengingatkan kepada jamaah calon haji agar sering-sering membangun komunikasi dengan ketua kelompok/rombongan atau ketua kloter.

Prof. Zainal mengemukakan haji termasuk sebagai salah satu ibadah sosial yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Ia mengatakan perbedaan warna kulit tidak ada artinya dalam melaksanakan ibadah haji. Seorang kulit putih dari Benua Eropa akan berdiri sejajar dengan seorang kulit hitam dari Afrika.

"Mereka pada waktu dan tempat yang sama melakukan ibadah kepada Sesembahan yang sama, yaitu Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia," kata Prof Zainal Abidin

Dia menjelaskan, di antara makna sosial haji yaitu menghubungkan antara manusia dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial, serta sebagai bentuk penyadaran akan adanya kebhinekaan umat Islam.

"Umat Islam saat ini telah tersebar di berbagai negara dan belahan dunia. Mulai dari negara paling barat hingga paling timur. Tentunya, di antara umat Islam tersebut terdapat perbedaan dalam keberagamaannya," kata Zainal.

Dia menjelaskan, karena berbagai perbedaan tersebut, umat Islam harus sadar bahwa kebhinekaan umat Islam itu tidak bisa dihindari, karena adanya perbedaan adat-budaya, pemahaman keislaman, tingkat intelektualitas, bahasa, dan lain sebagainya. Kebhinekaan umat Islam merupakan sebuah realitas yang niscaya ada.*

Baca juga: Hotel di Mekkah sudah dilengkapi fasilitas tempat ibadah

Baca juga: Calon haji Mojokerto-Jatim diingatkan waspada penyebaran COVID-19

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022