Meningkatkan anggaran TB sampai tiga atau empat kali lipat.
Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan Forum The 1st G20 Health Ministers Meeting/HMM) di Yogyakarta 20-21 Juni 2022 akan dapat menjadi cikal bakal peningkatan kegiatan One Health, penanggulangan tuberkulosis dan juga standarisasi proses validasi vaksinasi serta pemeriksaan untuk perjalanan internasional.
 

"HMM yang pertama ini, tentu dengan tindak lanjut yang baik, akan jadi cikal bakal peningkatan kegiatan One Health dan kegiatan lainnya," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.
 

Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu menambahkan terkait dengan One Health maka perlu adanya upaya peningkatan pemahaman masyarakat tentang program tersebut serta advokasi pada penentu kebijakan publik.
 

"Selain itu juga diperlukan peraturan tingkat kota atau kabupaten sebagai dasar penerapan konsep One Health serta kerja sama multi sektor. Selain itu dalam pengembangan program maka diperlukan monitoring dan evaluasi secara berkala," katanya.

Baca juga: G20 Indonesia - Wamenkes: "One Health" cegah "outbreak" di masa depan

Baca juga: AIHSP: One Health perlu upaya pantau kesehatan manusia dengan hewan

 

Sementara untuk kegiatan penanggulangan tuberkulosis, kata dia, maka diperlukan sejumlah upaya untuk mengatasi kekurangan dana global penanggulangan TB dunia.
 

"Misalkan, pimpinan dunia, termasuk G20 perlu meningkatkan anggaran TB sampai tiga atau empat kali lipat. Anggaran domestik masing-masing negara juga harus ditingkatkan, dengan advokasi dan komitmen politik, selain itu juga diperlukan efisiensi biaya dengan integrasi program dan pelayanan serta menggali kemungkinan peran sektor swasta dan filantrofi," katanya.
 

Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara itu mengatakan bahwa terkait standar prosedur kesehatan global, maka sistem yang akan dibuat harus dapat mengakomodir bila ada perkembangan vaksin, khususnya untuk COVID-19.
 

"Demikian pula dengan kebijakan tes COVID-19, bukan tidak mungkin akan berbeda sesuai perkembangan ilmu," katanya.
 

Selain itu, kata dia, standarisasi juga dapat ditujukan bagi masalah-masalah kesehatan bila nantinya pandemi COVID-19 telah selesai.
 

"Dengan demikian maka variasi bentuk tes diagnosis dan juga penanganannya juga mungkin saja akan saling berbeda antarpenyakit, sehingga standar yang akan dibuat tentu baik kalau mengakomodir berbagai kemungkinan yang ada," katanya.
 

Sementara itu, seperti diwartakan sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat memimpin 1st HMM 2022 Yogyakarta menyampaikan pesan kepada dunia tentang janji Indonesia merealisasikan skema penggalangan dan pemanfaatan dana darurat saat pandemi di masa depan.
 

Pertemuan itu sekaligus membahas pembentukan jejaring survailens dunia supaya antarnegara dapat saling berdiskusi ketika patogen yang berpotensi memicu pandemi berikutnya teridentifikasi di manapun di dunia.


Baca juga: Konsep One Health butuh kerja sama ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu

Baca juga: WHO dorong investasi G20 tanggulangi Tuberkulosis


 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022