Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu sore, mengambil jeda setelah naik selama tiga sesi karena kekhawatiran tentang ekonomi global menekan pasar, sementara pasokan yang terbatas menahan kerugian lebih lanjut.

Minyak mentah berjangka Brent untuk Agustus turun 98 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 117,00 dolar AS per barel pada pukul 06.47 GMT. Kontrak Agustus akan berakhir pada Kamis (30/6/2022) dan kontrak September yang lebih aktif berada di 113,03 dolar AS, turun 77 sen atau 0,7 persen.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 62 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 111,14 dolar AS per barel.

Kedua kontrak naik lebih dari 2,0 persen pada Selasa (28/6/2022) karena kekhawatiran atas pasokan yang ketat akibat sanksi Barat terhadap Rusia melebihi kekhawatiran bahwa permintaan dapat melambat dalam potensi resesi di masa depan.

"Pasar terjebak dalam tarik-menarik antara latar belakang makro yang memburuk saat ini dan ancaman resesi yang menjulang, diadu dengan pengaturan fundamental pasar minyak terkuat dalam beberapa dekade, mungkin pernah," kata Mike Tran dari RBC Capital dalam sebuah catatan.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah dilihat sebagai hanya dua anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan kapasitas cadangan untuk menebus pasokan Rusia yang hilang.

Namun, komentar dari Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei dan Presiden Prancis Emmanuel Macron minggu ini, menunjukkan sedikit ruang bagi produsen ini untuk meningkatkan produksi lebih lanjut.

"Investor membuat penyesuaian posisi, tetapi tetap bullish pada ekspektasi bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tidak akan dapat meningkatkan produksi secara signifikan guna memenuhi permintaan yang pulih, didorong oleh peningkatan bahan bakar jet," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum dari penelitian di Nissan Securities.

"Harga minyak kemungkinan akan tetap di atas 110 dolar AS per barel, juga di tengah kekhawatiran potensi gangguan pasokan akibat badai saat Amerika Serikat memasuki musim panas," katanya.

Analis juga memperingatkan bahwa kerusuhan politik di Ekuador dan Libya dapat memperketat pasokan lebih lanjut.

"Neraca kami menunjukkan penarikan stok minyak mentah pada Juli dan Agustus; mengingat betapa ketatnya pasar saat ini, kami memperkirakan harga akan merangkak naik dari level saat ini selama empat hingga enam minggu ke depan," kata konsultan energi FGE dalam sebuah catatan.

Lebih banyak perubahan pada perdagangan minyak Rusia mungkin terjadi setelah kekuatan ekonomi G7 sepakat pada Selasa (28/6/2022) untuk mencari cara buat membatasi harga minyak Rusia, memungkinkan lebih banyak pasokan ke pasar sambil membatasi pendapatan Moskow.

Namun, para pedagang dan analis skeptis tentang cara kerjanya dan mencatat bahwa perjanjian semacam itu akan membutuhkan kerja sama dari China dan India.

"Pembatasan harga mungkin memiliki efek terbatas kecuali jika diadopsi oleh semua negara, secara global," kata FGE.

Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah diperkirakan turun selama dua minggu terakhir, menurut jajak pendapat Reuters.

Laporan status minyak mingguan pemerintah AS pekan lalu tertunda karena masalah perangkat keras. Data untuk kedua minggu tersebut akan dipublikasikan bersama pada Rabu.

Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok bensin dan sulingan naik, sementara persediaan minyak mentah turun untuk pekan yang berakhir 24 Juni, menurut sumber pasar yang mengutip angka API pada Selasa (28/6/2022).

Baca juga: Harga minyak turun di perdagangan Asia setelah reli tiga hari beruntun
Baca juga: Minyak terangkat sekitar dua persen di tengah kekhawatiran pasokan
Baca juga: Harga minyak naik dua dolar, terkerek janji sanksi baru G7 atas Rusia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022