Washington (ANTARA) - Euro melemah dan dolar naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan risiko terbesar ekonomi AS adalah inflasi yang terus-menerus dan bukan karena kenaikan suku bunga akan memperlambat ekonomi.

Berbicara di Forum Bank Sentral Eropa (ECB) di Sintra, Portugal, Powell mencatat bahwa rekayasa pengetatan kebijakan untuk menghindari resesi AS tentu mungkin, tetapi tidak dijamin.

"Powell, bagi saya, terdengar cukup hawkish. Dia berbicara tentang keinginan untuk menduduki lebih dulu atau mendahului kenaikan ekspektasi inflasi yang tidak diinginkan," kata Erik Nelson, ahli strategi mata uang di Wells Fargo di New York.

"Saya pikir itu mungkin sedikit menyimpang dari persepsi pasar dalam beberapa bulan terakhir bahwa mereka akan bereaksi terhadap ekspektasi inflasi yang lebih tinggi, dan tampaknya mereka akan proaktif daripada reaktif."

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,593 persen menjadi 105,070 karena investor mencari keamanan di aset AS ketika saham jatuh secara global di tengah meningkatnya risiko resesi. Namun demikian, indeks dolar tetap di bawah tertinggi dua dekade di 105,79 yang dicapai dua minggu lalu.

Yen Jepang naik ke 137,0 terhadap euro, level tertinggi sejak 1998, sebelum memangkas kenaikan. Yen Jepang melemah 0,29 persen menjadi 136,55 per dolar.

Pergerakan terbaru menunjukkan "bias yang sangat kuat untuk menjual yen," kata Nelson. "Semuanya bermuara pada bank sentral Jepang menjadi satu-satunya bank sentral yang tidak melakukan pengetatan."
Baca juga: Dolar bertahan di level tertinggi, ditopang kekhawatiran resesi

Euro terakhir turun 0,74 persen pada 1,044 dolar. ECB secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Juli untuk pertama kalinya dalam satu dekade, mengikuti rekan-rekan globalnya, untuk mendinginkan percepatan inflasi. Ekonom terbelah tentang besarnya kenaikan, memberikan investor jeda.

Ketua ECB Christine Lagarde mengatakan pada Rabu (29/6/2022) bahwa era inflasi sangat rendah yang mendahului pandemi tidak mungkin kembali, dan bahwa bank sentral perlu menyesuaikan dengan ekspektasi pertumbuhan harga yang jauh lebih tinggi.

Di tempat lain, franc Swiss memuncak pada 1,0034 versus euro, level tertinggi terhadap mata uang tunggal sejak 2015. Terakhir naik 0,96 persen pada 1,0024.

Uang tunai yang ditahan oleh bank sentral Swiss (SNB) turun minggu lalu dengan jumlah terbesarnya dalam lebih dari satu dekade, sebagai tanda berakhirnya kampanye pembelian valas bank sentral untuk melemahkan franc Swiss.

Di pasar uang kripto, Bitcoin terakhir turun 0,72 persen menjadi 20.107,70 dolar AS, sementara Ethereum yang lebih kecil terakhir turun 4,39 persen menjadi 1.109,25 dolar AS.

Baca juga: Emas tergelincir tertekan penguatan dolar dan pengetatan agresif Fed

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022