Jakarta (ANTARA) - Plh. Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Selatan Yayat Supriatna mengatakan pihaknya menyambut baik atas inisiatif guna ulang (reuse) untuk kurangi konsumsi sampah plastik sekali pakai yang diupayakan oleh lembaga nirlaba Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP).

Pada Jumat, lembaga nirlaba tersebut bekerja sama dengan Zero Waste Living Lab (ZWLL) Enviu memperkenalkan sebuah inisiatif untuk mewujudkan ekosistem gaya hidup guna ulang dan mendorong pengurangan plastik sekali di Jakarta.

“Saya menyambut baik gerakan ini. Mudah-mudahan gerakan ini masif karena mengurangi sampah tidak semata-mata tugas dari pemerintah tetapi semua (pemangku kepentingan),” kata Yayat di Jakarta, Jumat.

Yayat mengatakan pihaknya bangga atas semakin banyaknya pihak yang terlibat untuk membangun kesadaran masyarakat. Mewakili pihak pemerintah, ia akan selalu mendukung program yang diinisiasi oleh lembaga atau komunitas manapun selama memiliki tujuan yang sama untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Jakarta.

“Gerakan ini kenapa kita tidak dukung. Mereka punya jalan yang penting tujuannya satu, yaitu pengurangan sampah. Mau dari mana caranya, bukan masalah. Selama ada gagasan, narasi, progres, kemudian tujuan, kalau keempat sasaran ini ada, kenapa tidak kita dukung,” kata Yayat.

Ia mengatakan Pemprov DKI Jakarta juga telah memiliki Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan yang berlaku untuk pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat.

Sejak Pergub tersebut diterbitkan, Yayat mengatakan pihaknya sudah melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai.

Ia menyebutkan sekitar 50 persen, bahkan hampir 100 persen, pusat perbelanjaan dan swalayan mulai mengurangi penggunaan kantung plastik belanja. Namun, ia juga mengakui peraturan tersebut masih sulit untuk diterapkan di pasar tradisional.

Yayat berharap gerakan terkait solusi sampah plastik tidak hanya seremonial belaka, namun yang terpenting dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat mengubah pola pikir (mindset) masyarakat.

“Untuk mengubah mindset itu tidak semudah membalikkan tangan. Saya pernah lakukan dua tahun itu baru bisa melakukan pemilahan. Untuk dua tahun itu pun kita harus secara kontinu, tidak bisa hanya sekali tapi secara berkelanjutan. Harus ada pendampingan kepada masyarakat tanpa melihat waktu, status, dan lokasi,” kata Yayat.

Baca juga: GIDKP hadirkan solusi gaya hidup guna ulang di Jakarta

Baca juga: Indonesia terus dorong kolaborasi untuk atasi sampah plastik

Baca juga: MUI dorong pengurangan pemakaian plastik dalam pembagian daging kurban

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022