Ketika tren netralitas karbon global berlanjut dan ketidakstabilan rantai pasokan energi global meningkat karena krisis Rusia-Ukraina dan faktor lainnya, peran kebijakan energi dalam mencapai tujuan ketahanan energi dan netralitas karbon menjadi lebi
Seoul (ANTARA) - Korea Selatan berencana meningkatkan kontribusi energi nuklir dalam bauran sumber energinya menjadi 30 persen atau lebih pada 2030, dari 27,4 persen pada 2021.

"Ketika tren netralitas karbon global berlanjut dan ketidakstabilan rantai pasokan energi global meningkat karena krisis Rusia-Ukraina dan faktor lainnya, peran kebijakan energi dalam mencapai tujuan ketahanan energi dan netralitas karbon menjadi lebih penting dari sebelumnya," kata Kementerian Industri Korsel dalam sebuah penyataan, Selasa.

Presiden baru Korsel Yoon Suk Yeol telah menolak gagasan penghapusan energi nuklir secara bertahap dan menjadikannya sebagai janji utama kampanyenya untuk meningkatkan investasi di industri ini dan menghidupkan kembali status negara itu sebagai pengekspor utama reaktor aman.

Titik balik ekonomi terbesar keempat di Asia itu menuju kebijakan energi pro nuklir terjadi setelah Yoon memenangi pemilihan presiden Maret lalu dengan selisih terkecil dalam sejarah demokrasi Korsel.

Sambil meningkatkan peran energi nuklir, negara tersebut berencana untuk mengurangi ketergantungannya pada impor bahan bakar fosil dari 81,8 persen pada 2021 menjadi sekitar 60 persen pada 2030, kata kementerian tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: Korsel Pertahankan Hubungan Energi Nuklir Dengan RI
Baca juga: Korsel ingin tingkatkan produksi hidrogen sebagai sumber energi utama

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022