Jakarta (ANTARA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Kepala Politbiro Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) Ismail Haniyeh di Aljazair pada Selasa (5/7).

Sebuah foto yang dirilis oleh kantor Kepresidenan Palestina menunjukkan Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune duduk di antara Abbas dan Haniyeh di ruang pertemuan dengan berlatarkan bendera nasional Aljazair.

Pertemuan itu disiarkan pada saluran televisi Aljazair TV3, yang memperlihatkan tiga pemimpin tersebut bergandengan tangan.

Situs web berita pro-Hamas, Al-Resalah, melaporkan bahwa pertemuan antara Abbas dan Haniyeh itu digelar oleh Tebboune di sela-sela perayaan untuk memperingati 60 tahun kemerdekaan Aljazair dari Prancis.

Haniyeh, yang telah tinggal di Qatar selama lebih dari tiga tahun, memimpin sebuah delegasi Hamas ke Aljazair atas undangan resmi Tebboune untuk bergabung dalam perayaan kemerdekaan Aljazair.

Presiden Abbas dan delegasi tingkat tinggi Palestina juga diundang oleh Tebboune untuk berpartisipasi dalam perayaan itu, menurut kantor berita resmi Palestina.

Berkat Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune, yang "sengaja mengundang kedua pemimpin tersebut", pertemuan antara Abbas dan Haniyeh dapat terwujud, kata analis politik yang berbasis di Gaza Husam al-Dajjani.

"Tebboune diperkirakan akan membujuk Abbas dan Haniyeh untuk melanjutkan dialog mereka dan mengakhiri perpecahan internal Palestina yang telah berlangsung sekitar 15 tahun dan mencapai rekonsiliasi internal," ujarnya.

Para mediator Arab sejauh ini tidak mampu mengakhiri perpecahan internal antara Hamas dan Partai Fatah pimpinan Abbas. Kedua rival tersebut sebelumnya telah mencapai serangkaian kesepahaman dan kesepakatan yang disponsori oleh Mesir, Qatar, dan Arab Saudi, namun belum pernah diimplementasikan.

Perpecahan internal Palestina antara Hamas dan Fatah dimulai pada 2007 ketika Hamas secara paksa mengambil alih Jalur Gaza dari Fatah. Sejak saat itu, wilayah Palestina terbagi menjadi Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang didominasi Fatah.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022