Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto mengatakan alat bronkoskopi dan dokter spesialis untuk menolong pasien tersedak benda asing masih terbatas jumlahnya di Indonesia.

"Saat ini jumlah dokter paru ada 1.313 orang di 34 provinsi. Dokter itu mampu angkat benda asing dari saluran napas pasien," kata Agus Dwi Susanto saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Kamis.

Seluruh dokter spesialis paru yang tergabung dalam PDPI diberdayakan sebagai pengampu bagi dokter lain di berbagai daerah untuk prosedur pertolongan hingga pemanfaatan alat bronkoskopi.

Baca juga: RSUP Persahabatan ambil jarum pentul dari saluran napas tanpa bedah

"Dokter kami ajarkan tindakan bronkoskopi, salah satunya bisa angkat benda asing. Tapi, tidak semua rumah sakit punya alat bronkoskopi, karena alatnya mahal," katanya.

Agus yang juga Dirut RSUP Persahabatan Jakarta mengatakan ketersediaan alat teropong medis atau bronkoskopi di Indonesia belum merata, umumnya berada di provinsi dengan populasi penduduk yang banyak.

Selain di sejumlah rumah sakit ternama milik pemerintah di Jakarta, alat bronkoskopi juga tersedia di RSUD dr Soetomo Surabaya, RSUP dr Kariadi Semarang, RS Sanglah Bali, RSUP Adam Malik Medan, dan sejumlah RS di Riau dan Lampung.

"Sementara bagi daerah lain yang tidak punya (dokter spesialis dan bronkoskopi), dirujuk ke rumah sakit lain, salah satunya RSUP Persahabatan," katanya.

Agus mengatakan alat bronkoskopi yang tersedia di fasilitas rumah sakit swasta belum seluruhnya memenuhi kriteria standar untuk pertolongan pasien tersedak benda asing di saluran napas.

Bronkoskop adalah selang yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya. Selang ini memiliki ukuran lebar 1 cm dan panjang 60 cm. Umumnya, bronkoskopi menggunakan bronkoskop yang lentur. Namun, pada beberapa kasus, dokter dapat menggunakan bronkoskop kaku.

"Rumah sakit swasta juga beberapa sudah ada yang punya. Hanya saja, alat bronkoskopi ada standarnya. Kalau levelnya rendah, harus dirujuk," katanya.

Agus mengatakan alat bronkoskopi dengan standar lengkap, saat ini tersedia di RSUP Persahabatan. "Ada yang disertai laser untuk membuka saluran napas tersendat atau dengan teknik pendinginan untuk menghancurkan sumbatan di saluran pernapasan," katanya.

Dalam acara yang sama, Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) Paru RSUP Persahabatan, Prasenohadi mengatakan pertolongan pengangkatan benda asing di RSUP Persahabatan rata-rata satu atau lebih pasien per bulan. Umumnya merupakan pasien rujukan dari rumah sakit lain.

"Ada berbagai macam ukuran, ada yang besar hingga sangat kecil. Saya pernah lakukan bedah jarum ukuran kecil dengan pembedahan," katanya.

Jenis kejadian tersebut, seperti tersedak gigi palsu, kacang, sisa permen, bagian belakang tutup bolpoin hingga peluit.

Baca juga: Batuk dan sesak napas tak kunjung membaik bisa pertanda kanker paru

Baca juga: Data Perkuat Perlunya Program Imunisasi Nasional untuk Penyakit Gangguan Saluran Pernafasan di Asia


Tidak semua kejadian itu bisa ditolong dengan metode meimlich maneuver atau tindakan merangkul dari belakang untuk menekan ulu hati. "Apabila bendanya tajam atau logam, itu membahayakan pasien," katanya.

Upaya pengangkatan benda asing dari saluran napas perlu melibatkan dokter ahli. Bahkan, beberapa kejadian tidak memerlukan mekanisme bedah dengan tingkat keberhasilan mencapai 95 persen dengan bantuan alat bronkoskopi.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022