Bagaimana kita merasakan penderitaan orang orang yang boleh dikatakan ekonominya masih di bawah, maka kita bertoleransi, menumbuhkembangkan agar semangat perjuangan jihad berkurban, menolong sesama dan lain-lain itu segera dilaksanakan,
Jakarta (ANTARA) - Ketua Cabang PP Muhammadiyah Tanah Abang I, Jakarta, Eno Tardana menyatakan bahwa Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk dijadikan sebagai momentum memperkuat toleransi beragama dan semangat berkurban.

“Bagaimana kita merasakan penderitaan orang orang yang boleh dikatakan ekonominya masih di bawah, maka kita bertoleransi, menumbuhkembangkan agar semangat perjuangan jihad berkurban, menolong sesama dan lain-lain itu segera dilaksanakan,” katanya saat ditemui ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan Idul Adha merupakan waktu khidmat di mana semua pihak dapat berkumpul menjadi satu dan berbagi nilai-nilai baik dalam hidup.

Beberapa yang disebutkannya adalah meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama, meningkatkan sikap saling menghormati, bersemangat dalam mengikuti kagiatan berkurban dan saling mendukung agar bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi.

Selain dijadikan momentum, kata dia, digelarnya shalat Idul Adha 10 Zulhijah 1443 Hijriah membawa sebuah hikmah, baik yakni dapat dilakukan bersama-sama dengan ribuan jamaah yang datang untuk beribadah meski negara masih menghadapi situasi sulit karena pandemi COVID-19.

Seperti halnya yang terjadi dalam acara yang digelar pihaknya di depan Gedung Perguruan Muhammadiyah, Tanah Abang, Jakarta Pusat. ia menyebutkan sekitar 2.000 lebih jamaah datang dari berbagai daerah untuk shalat bersama-sama.

Acara yang digelar pun tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19 dan sudah dikoordinasikan dengan dinas terkait seperti aparat kepolisian, Kantor Urusan Agama (KUA) dan Dinas Perhubungan (Dishub) agar kegiatan tidak mengganggu pihak lain yang beraktivitas di lingkungan tersebut.

Kemudian menanggapi terjadinya perbedaan waktu pelaksanaan shalat dengan pemerintah, ia mengaku pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Meskipun pihaknya menggunakan metode hisab (ilmu hitungan) untuk menentukan awal bulan sedangkan pemerintah menggunakan metode pengamatan hilal, kedua metode sama-sama memiliki hukum yang kuat dan benar.

Ia berharap, semua pihak dapat merayakan shalat Idul Adha dengan khidmat dan tenang serta tidak menimbulkan perpecahan antar golongan dalam masyarakat.

“Tidak ada masalah kalau kita berbeda. Lebih baik kita ambil hikmahnya karena yang melaksanakan hari ini ada dasar hukumnya, kemudian yang dilaksanakan hari Ahad juga ada dasar hukumnya,” demikian Eno Tardana.

Baca juga: Muhammadiyah siapkan sekitar 25 lokasi Shalat Idul Adha di Jakarta

Baca juga: Islamic Center Duren Sawit gelar Shalat Idul Adha pada Sabtu

Baca juga: Pimpinan Muhammadiyah Jakarta serukan lima poin saat PSBB total

Baca juga: Jaklingko dan SMK Muhammadiyah 4 Jakarta kerja sama "link and match"


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022