Tanjungpinang (ANTARA) - Ratusan orang warga Singapura dan Malaysia yang merupakan kerabat dan zuriat dari kesultanan Kerajaan Riau-Lingga mengunjungi Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Budayawan asal Kepri, Raja Malik, di Pulau Penyengat, Minggu, mengatakan, kunjungan warga Singapura dan Malaysia saat Idul Adha dan Idul Fitri merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sebelum pandemi COVID-19.

Idul Adha tahun ini mereka dapat melepas rindu setelah dua tahun "terkurung" di negaranya akibat COVID-19. Sebagian dari mereka tinggal di rumah warga di Pulau Penyengat.

"Ada juga yang tinggal di penginapan sederhana milik warga di bibir pesisir Penyengat," katanya.

Warga Singapura dan Malaysia tersebut Salat Idul Adha di Masjid Sultan Riau-Lingga di Pulau Penyengat, salah satu warisan Kerajaan Riau-Lingga.

Kunjungan balasan pun akan dilakukan warga Pulau Penyengat ke Singapura dan Malaysia. Tradisi saling mengunjungi tersebut sudah mendarah daging bagi sebagian masih berhubungan darah dengan kesultanan dan raja di Kerajaan Riau-Lingga.

"Kami istilahkan itu diaspora Pulau Penyengat di Malaysia dan Singapura. Walaupun beda kewarganegaraan, tetapi hubungan persaudaraan tetap terjalin sejak dahulu," ucapnya.

Biasanya, sebelum pandemi COVID-19, cukup banyak warga Singapura dan Malaysia berkurban di Pulau Penyengat. Mereka membeli hewan kurban lokal untuk dikurbankan di Pulau Penyengat.

"Idul Adha tahun ini tidak ada warga Singapura dan Malaysia yang berkurban si Pulau Penyengat. Kemungkinan mereka kesulitan mendapatkan hewan kurban tersebut," tuturnya.

Aktivitas ibadah dan kegiatan lainnya saat Idul Adha di Pulau Penyengat tidak ada yang unik atau istimewa. Kegiatan ibadah maupun lainnya hampir sama dengan di daerah lainnya.

"Hampir sama. Mungkin sekarang menu masakan melayu yang lebih banyak disajikan saat Idul Adha," ucapnya.

 

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2022