Kupang (ANTARA) - Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Nusa Tenggara Timur, Wirman Kasmayadi menyebutkan 2.265 sekolah di provinsi itu mendaftar secara mandiri sebagai sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka.

"Animo dari sekolah di NTT dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka sangat besar, banyak sekolah yang ingin belajar secara mandiri untuk menerapkan kurikulum merdeka ini ," kata Wirman Kasmayadi dalam kegiatan pelatihan guru dan kepala sekolah pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) se-NTT yang dikemas dalam "Flobamora Bergerak" secara daring yang dipantau di Kupang, Senin.

Menurut dia, Balai Guru Penggerak NTT terus membangun kerja sama dengan berbagai pihak untuk menggerakkan semua potensi dalam menyukseskan program kurikulum merdeka di NTT.

Baca juga: Akademisi: Butuh keberanian merevisi kurikulum untuk jalankan MBKM

Ia mengatakan salah satu agenda yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada awal tahun ajaran baru 2022 adalah implementasi kurikulum merdeka.

Menurut dia, sekolah yang telah mendaftar secara mandiri sebagai sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka mencapai 2.265 sekolah.

Dia menambahkan Balai Guru Penggerak Provinsi NTT bersinergi dengan semua potensi yang ada, seperti lembaga Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) NTT untuk melakukan kegiatan implementasi kurikulum merdeka, sehingga bisa berlangsung sukses.

Dia menjelaskan pelatihan bagi para guru dan kepala sekolah ini merupakan langkah awal dalam menyukseskan pelaksanaan kurikulum merdeka pada semua lembaga pendidikan di NTT.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi meminta guru dan kepala sekolah agar memperhatikan secara serius terhadap kemampuan literasi dan numerasi yang dimiliki siswa untuk lembaga pendidikan dasar.

Baca juga: Pemprov NTT targetkan penerapan pelajaran anti korupsi mulai Mei 2022

Baca juga: NTT tunggu petunjuk lebih lanjut soal kurikulum


"Sesuai hasil penelitian yang dilakukan Pemerintah NTT dan lembaga INOVASI di Pulau Sumba menunjukkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung di SD sangat rendah. Kami berharap guru dan kepala sekolah untuk memperhatikan hal ini secara serius," kata Linus Lusi.

Bahkan, lanjutnya, kualitas pembelajaran 3M, yaitu meniru, mengolah dan mengembangkan SD dan SMP membuktikan bahwa sekolah-sekolah di pedalaman kemampuan membacanya belum lancar.

Dia mengatakan para guru dan kepala sekolah untuk tidak hanya mengejar target kurikulum, tetapi harus memperhatikan aspek-aspek dasar yang dihadapi para siswa yang ada di daerah pedalaman, sehingga tidak menjadi persoalan bagi para siswa saat berada di perguruan tinggi.

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022