Jakarta (ANTARA) - Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan rugi bersih sebesar 4,16 miliar dolar AS atau sekitar Rp62 triliun sepanjang tahun 2021.

Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menyarankan pihak manajemen Garuda untuk memilah rute penerbangan agar perseroan bisa meraih profit.

"Garuda garap pasar-pasar domestik yang sudah gemuk karena untuk bertahan dengan pesawat yang ada harus pandai memilih, seperti rute Jakarta-Semarang, Jakarta-Bali, Jakarta-Palembang, Jakarta-Medan, Jakarta-Balikpapan, Jakarta-Makassar, Jakarta-Jayapura," kata Arista kepada Antara di Jakarta, Kamis.

"Saya rasa itu dikonsentrasikan di kota-kota bisnis dan roda dagang, termasuk Jakarta-Yogyakarta, karena di Yogyakarta banyak orang-orang pemerintahan yang fanatik naik Garuda," imbuhnya.

Selain memilah rute penerbangan, lanjut Arista, manajemen Garuda juga disarankan mengoptimalkan bisnis kargo angkutan udara mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 30 bandara yang telah dikelola oleh Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II.

Menurut dia, jika pesawat Boeing seri 737-800 NG bisa dikonversi menjadi kargo domestik akan memberikan pendapatan tambahan bagi Garuda.

Arista menyampaikan Garuda juga dapat mengoptimalkan bisnis penerbangan carter karena penduduk China banyak yang liburan ke Indonesia terutama Pulau Bintan, Manado, dan Bali. Pasar penerbangan carter China sukses di ketiga kota tersebut.

Baca juga: Maskapai Garuda optimistis raih kinerja positif pada semester II 2022

Tak hanya itu, Garuda juga disarankan untuk merampingkan kantor-kantor regional dari empat menjadi hanya dua kantor regional saja, yakni wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur karena pesawat hanya tersisa 40 persen dari normal.

"Itu pernah Garuda lakukan pada tahun 2000 ke bawah di mana dulu market domestik Garuda masih 60 persen dan menjadi market leader," kata Arista.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa dulu Garuda pernah memiliki perwakilan area di Amsterdam dan Arab Saudi yang dipegang oleh regional Jakarta Raya. Meski ada perbedaan waktu, namun kondisi itu bukan menjadi halangan karena komunikasi bisa melalui email, pesan singkat, dan berbagai macam platform lainnya.

Menurut Arista, langkah itu bisa mengurangi dari domestik empat menjadi dua, yang Amsterdam dan Saudi Arabia dipegang oleh Jakarta, itu sudah irit banyak. Apalagi kantor regional Asia dan Australia bisa diciutkan hanya di Singapura.

"Jadi sekarang dibagi dua untuk Jepang dan Korea, mereka sendiri. Asia sendiri, masalahnya Asia banyak tidak terbang. Kantor-kantor Garuda perwakilan Asia karena tidak ada penerbangan jadi ya cuma Kuala lumpur, Singapura, China, Korea, Jepang, sudah jadikan satu saja. Itu irit banyak karena organisasi perwakilan terutama di luar negeri itu semuanya gaji menggunakan dolar AS," kata Arista.

Garuda resmi lolos penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang membuatnya diberi restrukturisasi utang sampai 20 tahun ke depan.

Baca juga: Sri Mulyani cairkan PMN Garuda usai disetujui 365 perwakilan kreditur

Arista menilai keberhasilan lolos PKPU itu akan menjadi momentum Garuda untuk memperbaiki bisnis dan kondisi keuangan perseroan.

"Direktur utama dan jajaran direksi harus berani memutuskan hal-hal yang tidak populer. Untuk apa? kalau tidak bisa untung tahun 2022, paling tidak mengurangi beban kerugian yang terlalu besar," pungkasnya

Berdasarkan laporan keuangan (audited) tahun 2021, Garuda secara grup mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,33 miliar dolar AS atau turun 10,43 persen dibandingkan dengan pendapatan usaha pada tahun 2020.

Pendapatan usaha itu ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,04 miliar dolar AS, penerbangan tidak berjadwal sebesar 88,05 juta dolar AS, dan pendapatan lainnya sebesar 207 juta dolar AS.

Selain itu, sepanjang tahun lalu, Garuda secara grup turut mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi 2,6 miliar dolar AS bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa tahun 2021 adalah fase puncak pandemi dengan tingkat positive rate tertinggi sepanjang pandemi berlangsung di Indonesia.

Kondisi tersebut yang berdampak secara langsung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk terbang, sehingga terjadi penurunan trafik penumpang secara signifikan sepanjang tahun lalu.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022