Jakarta (ANTARA) - Survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan International NGO Forum on Indonesian Development pada Juli—Oktober 2021 menunjukkan generasi Z dan milenial di Indonesia berpotensi kuat menjaga semangat nasionalisme dan kebinekaan.

Koordinator Penelitian LD FEB UI Alfindra Primaldhi mengatakan bahwa lebih dari 95 persen responden mendukung semangat nasionalisme, Pancasila, serta menghormati negara dan tradisinya.

"Ini yang perlu kita dukung dengan memperkuat sistem pendidikan yang baik dari formal maupun nonformal," kata Alfindra Primaldhi dalam sebuah acara daring, yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Terkait dengan semangat kebinekaan, sebanyak 99 persen responden (baik itu gen Z maupun milenial) setuju keragaman suku, budaya, dan kelompok agama di Indonesia, termasuk hal baik dan penting untuk mempertahankannya.

Disebutkan pula bahwa mayoritas atau lebih dari 70 persen responden setuju bahwa hal ini merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan harus dilestarikan.

Terkait dengan inklusivitas agama, pihaknya menemukan adanya indikasi sikap positif responden. Mayoritas responden atau lebih dari 70 persen gen Z dan lebih dari 65 persen generasi milenial mendukung tempat ibadah untuk agama minoritas di sekolah.

Sebanyak lebih dari 80 persen dari para responden ini juga setuju mendapatkan pelajaran tentang agama-agama di Indonesia.

Tidak hanya itu, lebih dari 90 persen setuju sekolah harus menerima siswa dari latar belakang agama apa pun.

Namun, dia mencatat dalam ada indikasi intoleransi dan kecenderungan sikap negatif terhadap kebebasan beragama. Sekitar 40 persen responden mendukung peraturan berpakaian di sekolah yang sejalan dengan agama mayoritas di daerah itu.

Menurut Alfindra, membangun empati sejak dini menjadi kunci memunculkan toleransi pada seorang individu.

Ia memandang perlu orang-orang membangun empati di seluruh tahapan pendidikan. Hal ini dapat berperan menjaga hubungan antarmanusia.

Baca juga: Survei UI tunjukkan anak muda dukung perempuan jadi presiden
Baca juga: Generasi Z dinilai sudah seharusnya mendominasi pasar saham


Hal senada diungkapkan Senior Program Officer HAM & Demokrasi INFID Abdul Waidl. Menurut dia, sumber daya pendidikan di Indonesia perlu dimanfaatkan untuk promosikan toleransi dan kebebasan beragama.

Abdul Waidl menegaskan bahwa negara harus mendukung kurikulum pendidikan yang mendukung toleransi, kebebasan beragama, perdamaian, kerja sama, dan seterusnya.

Selain itu, lembaga-lembaga keagamaan juga punya peranan penting mempromosikan toleransi dan kebebasan beragama ini.

"Apa pun yang terkait dengan pengetahuan tentang orang lain dan kelompok lain harus dipromosikan dalam lembaga-lembaga keagamaan untuk tingkatkan pemahaman toleransi dan tingkatkan pemahaman terhadap perbedaan agama dan kepercayaan," kata Abdul Waidl.

Pengumpulan data untuk survei selama Agustus 2021 sampai dengan September 2021. Peneliti melibatkan 1.200 responden di 18 provinsi yang mencakup 36 kabupaten/kota.

Dari jumlah responden ini, sebanyak 429 responden atau 36 persen merupakan generasi Z  (berusia 18—24 tahun) dan 771 orang dari generasi milenial (berusia 25—40 tahun).

Alasan penelitian pada generasi Z dan milenial, kata Alfindra Primaldhi, karena merupakan kelompok usia dengan persentase terbesar dari populasi penduduk Indonesia.

Pada dua kelompok kategori responden, perbandingan jenis kelamin mendekati porsi 50 : 50. Pada kelompok gen Z, kebanyakan atau 89 persen belum menikah dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas (71 persen).

Sementara itu, pada kelompok milenial sekitar 70 persen sudah menikah dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 51 persen.

Mengutip data BPS menyebutkan ke-18 provinsi terpilih mewakili 218 juta penduduk Indonesia atau 81 persen dari populasi berdasarkan Sensus Penduduk 2020. Ke-18 provinsi ini, antara lain, Bali, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tengah.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022