New York (ANTARA) - Indeks utama saham-saham di Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat, dibuka jatuh pada Kamis pagi waktu setempat, setelah laba yang lebih rendah dari perkiraan pada bank-bank besar AS seperti JPMorgan Chase & Co dan Morgan Stanley, yang menandai tumbuhnya kekhawatiran perlambatan ekonomi yang tajam.

Indeks acuan S&P 500 mengarah pada kerugian lima sesi beruntun di tengah kekhawatiran langkah agresif bank sentral AS, Federal Reserve, untuk mengendalikan lonjakan harga yang dapat mendorong ekonomi terbesar dunia itu ke dalam resesi.

Saham JPMorgan jatuh 4,3 persen setelah melaporkan penurunan laba kuartalan 28 persen, lebih besar dari perkiraan, dan menangguhkan pembelian kembali saham guna menutupi potensi kerugian.

"Kekhawatiran besar adalah bahwa perlambatan ekonomi dan inflasi yang lebih tinggi sebenarnya hanyalah awal dari apa yang dikhawatirkan investor," kata Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall.

Baca juga: Wall Street ditutup turun, pasar khawatir suku bunga naik lebih besar

Baca juga: Wall Street jatuh tertekan kekhawatiran resesi jelang laporan inflasi


Sementara itu Saham Morgan Stanley merosot 2,4 persen setelah estimasi laba bank tersebut meleset untuk pertama kalinya dalam sembilan kuartal, karena unit perbankan investasinya sedang berjuang mengatasi kemerosotan dalam kesepakatan global.

Indeks S&P 500 sektor perbankan yang lebih luas jatuh 3,1 persen ke level terendah sejak Desember 2020. Semua sektor utama Indeks S&P turun, dengan sektor energi, material, dan keuangan memimpin kerugian.

Pada pukul 09:53 waktu setempat, Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 505,78 poin atau 1,64 persen menjadi pada 30.267,01, Indeks S&P 500 turun 59,65 poin atau 1,57 persen menjadi 3.742,13, dan Indeks Komposit Nasdaq berkurang 162,18 poin atau 1,44 persen menjadi pada 11.085,40.

Kekhawatiran resesi telah menyentak investor tahun ini karena bank sentral di seluruh dunia bergerak secara agresif menaikkan biaya pinjaman untuk mengendalikan inflasi tinggi, yang mendorong Wall Street ke kinerja semester I terburuk dalam beberapa dekade.

Setelah laporan pekerjaan yang kuat minggu lalu memperkuat kenaikan suku bunga 75 basis poin pada bulan Juli, investor bingung oleh data harga konsumen yang tinggi pada Rabu yang mendorong para pedagang bertaruh kenaikan yang lebih besar akhir bulan ini.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pada Kamis bahwa harga produsen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada Juni di tengah kenaikan biaya energi.

Laporan lain menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran, naik dua pekan beruntun.

Sementara itu saham Taiwan Semiconductor Manufacturing yang terdaftar di AS meningkat 1,0 persen. Sedangkan saham Conagra Brands jatuh 6,9 persen setelah perkiraan pendapatan kelompok makanan di bawah ekspektasi, dengan kenaikan harga memperlambat permintaan makanan beku dan makanan ringan.

Saham yang turun melebihi jumlah yang naik dengan rasio 9,74 banding 1 di Bursa Efek New York (NYSE) dan rasio 4,40 banding 1 di Nasdaq.

Indeks S&P mencatat satu saham tertinggi baru dalam 52 pekan dan 42 terendah baru, sedangkan Indeks Nasdaq tidak mencatat saham tertinggi baru dan 175 terendah baru.*

Baca juga: Wall Street berakhir lebih rendah jelang data ekonomi, laporan laba

Baca juga: Wall St bervariasi, investor pertimbangkan data pekerjaan, suku bunga

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022