Jakarta (ANTARA) - Tim nasional bola basket Indonesia akan menghadapi China pada babak playoff Piala Asia FIBA (FIBA Asia Cup) 2022 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin sore.

China sebagai salah satu raksasa bola basket Asia berperingkat 29 dunia tentunya diunggulkan di atas kertas dibandingkan Indonesia yang notabene peringkat 95 dalam rangking federasi internasional bola basket (FIBA).

Namun, jika mengutip pernyataan peraih medali emas Olimpiade Barcelona tahun 1992, Susi Susanti maka tidak ada istilah “menang di atas kertas”.

Srikandi bulu tangkis Indonesia itu berhasil mempersembahkan medali emas pertama Olimpiade bagi Indonesia setelah mengalahkan wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun pada final dengan skor 5-11, 11-5 dan 11-3.

“Ketika di lapangan, kita sama. Tidak ada istilah juara dunia. Siapa yang paling siap, maka dia yang menang,” kata Susi dalam beberapa kesempatan saat dirinya masih menjadi atlet.

Tak hanya itu, kisah dramatis dalam olahraga dunia juga banyak tercipta. Salah satu yang paling dikenang yakni laga final Liga Champhions antara Liverpool melawan AC Milan pada tahun 2005.

Momen kemenangan Liverpool pada babak final Liga Champions 2005 menjadi salah satu momen terbaik dalam sejarah sepak bola.

Momen ini dikenal dengan sebutan ‘The Miracle of Istanbul’ yang di mana dalam sepak bola apapun bisa terjadi.

Saat itu Liverpool harus bertemu dengan raksasa dari Italia, AC Milan pada babak final Liga Champions yang diadakan di Istanbul.

Skuat Rossoneri bisa dibilang sebagai skuat terbaik di daratan Eropa kala itu. Bahkan, baru saja menjuarai Liga Champions dua tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2003.

Pada babak pertama, AC Milan langsung unggul dengan dua gol yang dicetak oleh Herman Crespo dan satu gol lagi dicetak oleh Paolo Maldini. Keunggulan 3-0 atas Liverpool bertahan hingga turun minum.

Kendati demikian, keajaiban itu muncul dengan Liverpool berhasil menyamakan kedudukan AC Milan dengan membalas tiga gol dalam enam menit di babak kedua.

Alhasil pertandingan tersebut dilanjutkan ke babak adu penalti, dan hasilnya The Reds membuat kejutan dengan memenangkan pertandingan final tersebut.

Jika ingin membandingkan, apa yang dialami Liverpool sebenarnya tak berbeda jauh dengan timnas basket Indonesia pada saat SEA Games 2021 Vietnam di Hanoi pada Mei lalu.

Pada Minggu, 22 Mei 2023, Tim basket putra Indonesia berhasil mencetak sejarah dengan mengalahkan Filipina di Thanh Try Gymnasium, dengan skor 85-81.

Filipina yang menjadi juara bola basket pertama kali sejak 1989 dan hingga penyelenggara 2019 hanya sempat melepas gelar kepada Malaysia pada 1979 dan 1989 ini, akhirnya harus mengakui keunggulan Indonesia sebagai juara baru bola basket di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: Raih emas, basket putra Indonesia cetak sejarah di SEA Games

Publik merekam bagaimana sukacita terjadi di lapangan Thanh Try Gymnasium sesaat pluit akhir pertandingan berbunyi.

Semua pemain nyaris menangis, dan berlanjut hingga ke kamar ganti. Sungguh momen yang tak terlupakan.

“Sejak lahir, saya tahunya juara bola basket itu Filipina. Benar-benar tak menyangka kami membuat sejarah bagi Indonesia,” kata Juan Laurent, salah satu pemain Timnas yang diwawancarai ANTARA setelah laga itu.

Timnas Indonesia di SEA Games benar-benar tampil beda. Hadirnya Terrell Bolden Marques, pemain bola basket profesional Indonesia kelahiran Amerika untuk Salt Lake City Stars dari NBA G League membuat timnas nyaris tak dapat dihentikan hingga ke final.

Selain itu, adanya sejumlah pemain peranakan, seperti Derrcik Michael dan Brandon Jawato juga membuat Indonesia semakin unggul, baik dari sektor offensif maupun defensif.

Baca juga: Perbasi akui Bolden buat Timnas Indonesia mampu bersaing di FIBA Asia

Satu hal lagi yang menjadi keuntungan Indonesia ketika itu, Filipina sebagai tim yang diunggulkan bisa dikatkaan buta kekuatan Indonesia.
Adanya COVID-19 yang membuat tidak adanya turnamen dalam tiga tahun terakhir membuat kekuatan maupun perubahan-perubahan ‘besar’ di Timnas Indonesia nyaris tak terbaca.

Walhasil Indonesia tak terbendung saat tampil di final SEA Games dengan berhasil menggasak Filipina sebagai peringkat 34 dunia.

Lantas bagaimana di FIBA Asia Cup 2022 di Jakarta, 12-24 Juli.

Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia sedari awal menargetkan Timnas bola basket putra dapat menembus babak delapan besar demi mengamankan tiket ke FIBA World Cup 2023, yang mana Indonesia menjadi tuan rumah.

Lantaran itu, Perbasi menargetkan SEA Games sebagai ajang uji coba untuk meraih hasil maksimal di FIBA Asia Cup 2022.

“Dan kami membuktikan, bisa dapat emas di SEA Games. Kini langkah berikutnya di FIBA Asia Cup, target delapan besar,” kata Sekretaris Jenderal PP Perbasi Nirmala Dewi.

Baca juga: Perbasi fokus FIBA Asia Cup usai SEA Games

Selanjutnya : penyisihan grup

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022