Jakarta (ANTARA) - Tissa Aunila selaku Co-Founder produsen coklat Pipiltin Cocoa menceritakan manfaat yang dirasakan perusahaannya sejak melakukan transformasi digital dengan menjadi mitra GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Pada awal pandemi COVID-19, Tissa bercerita, bisnisnya tergerus karena fokus pada penjualan offline. Namun setelah bergabung dengan platform digital, usahanya meningkat hingga 50 persen jika dibandingkan sebelum pandemi.

"Penjualan berkurang 60 persen karena kami tidak terlalu fokus online. Itu lah kenapa akhirnya kami cepat bergeser, bertransformasi secara daring dan membangun tim secara cepat untuk mengejar ketertinggalan kami di era digital,” kata Tissa dilansir dari kanal resmi Y20 pada Rabu.

Baca juga: Pengamat: Penjualan lintas negara di e-dagang asing harus diatur

"Kami belajar, dan di Tokopedia kami bisa memperluas pasar kami. Saat ini penjualan kami justru meningkat lebih banyak 50 persen dibandingkan sebelum pandemi. Tentu saja karena melakukan transformasi digital,” ujarnya.

Hadirnya Tissa dalam Forum Y20 sebagai bagian Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam terkait manfaat transformasi digital jelang finalisasi rekomendasi kebijakan yang dibahas KTT G20 di Bali pada November 2022.

Tissa kemudian menyampaikan bahwa transformasi digital bukanlah sebuah hambatan, melainkan membuka peluang lebih besar asalkan pelaku usaha siap melakukan proses adaptasi secara cepat.

"Bahkan saat ini kami bekerja sama dengan Tokopedia untuk memastikan produk dan layanan lokal juga bisa bersaing melawan produk dari negara lain,” ungkapnya, seraya menambahkan bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil coklat terbesar di dunia.

"Saat ini Indonesia adalah produsen keenam coklat terbesar di dunia, turun dari sebelumnya peringkat ketiga. Salah satunya akibat minimnya kesadaran masyarakat tentang coklat Indonesia," tutur dia.

Pemerintah juga menyadari besarnya manfaat platform digital guna mendorong perekonomian Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Salah satu caranya adalah dengan menghitung kontribusi sektor informal terhadap ekonomi negara.

"Saat ini saya rasa menjadi kesempatan yang baik untuk pekerja informal itu diakui. Penggunaan aplikasi dan teknologi digital dalam konteks ini bisa memasukkan pekerja informal menjadi formal,” ungkap Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury dalam forum yang sama.

Pahala mengapresiasi Gojek yang menawarkan solusi melalui aplikasi digital sehingga menciptakan nilai tambah ekonomi baru. Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada 2021 memperkirakan kontribusi Gojek yang merupakan bagian dari ekosistem GOTO terhadap ekonomi Indonesia mencapai Rp249 triliun atau 1,6 persen terhadap PDB.

"Gojek misalnya, itu aplikasi yang memungkinkan banyak sekali UMKM di Indonesia bisa menjadi bagian dari ekonomi formal,” ujar Pahala.

Hadirnya Gojek juga menjadi solusi untuk memecahkan masalah sulitnya menghitung kontribusi sektor informal terhadap perekonomian. Adapun para mitra Gojek, termasuk pengemudi maupun penjual, masih termasuk dalam kategori pekerja informal.

"Ada banyak bukti bahwa dengan memastikan agar kita bisa menghitung pekerja informal menjadi pekerja formal, ada kemungkinan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) bisa naik 2 sampai 5 persen dan itu adalah angka yang luar biasa,” tegasnya.

Dengan demikian, upaya tersebut dapat menciptakan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan para pekerja informal.

"Setelah mereka menjadi bagian ekonomi formal maka ini jadi kesempatan kita untuk bisa mendorong mereka lebih maju, misalnya diberikan program pelatihan sehingga mereka bisa menghitung penjualan mereka sendiri,” jelasnya.

Baca juga: Inovasi teknologi perlu dibarengi talenta digital mumpuni

Baca juga: Tokopedia gelar START Summit 2022 secara gratis

Baca juga: Nilai transaksi pembayaran pajak di Tokopedia naik tiga kali lipat

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022