Menurut dia, fokus pembangunan menyeluruh perlu dilakukan karena masih ada 12.584 desa dari total 84 ribu desa yang belum terjangkau jaringan sinyal seluler, terutama sinyal 4G.
"Sebanyak 70 persen desa yang tidak mendapat sinyal 4G berada di wilayah timur Indonesia," kata Danny dalam acara “Penyerahan Laporan Hasil Kajian dan Diskusi Publik” di Jakarta, Rabu.
Ia memastikan keberadaan sinyal 4G tersebut sangat penting untuk mendukung konektivitas karena mempresentasikan jaringan akses internet yang digunakan oleh masyarakat.
Oleh karena itu, Bakti yang telah membangun jaringan akses internet gratis di 16.800 titik, dengan sebanyak 40 persen diantaranya di sektor pendidikan, akan meneruskan penugasan untuk konektivitas ini.
Baca juga: Ombudsman berikan enam saran perbaikan layanan internet daerah 3T
"Peran sektor swasta untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T sangatlah kecil. Mereka pasti memperhitungkan biaya investasi, keuntungan dan keberlangsungan layanan," katanya.
Saat ini, Bakti menargetkan untuk membangun sebanyak 121 ribu titik akses internet gratis di daerah 3T hingga tahun 2024.
Dalam kesempatan ini, pengamat Kebijakan Publik Universitas Indonesia Irfan Ridwan Maksum mengatakan Bakti sangat dibutuhkan di daerah 3T terkait penyediaan akses internet gratis bagi masyarakat.
Ia menilai Bakti harus mendirikan unit di pelosok agar dapat memaksimalkan layanan akses internet gratis untuk mengatasi persoalan terkait teknis dan penguatan sumber daya.
Selain itu, menurut dia, pemerintah juga perlu memberikan mekanisme tugas pembantuan kepada Diskominfo di sebaran layanan titik akses gratis, sehingga penyediaan internet di daerah 3T dapat cepat terwujud.
Baca juga: Ombudsman: Temukan 4 potensi malaadministrasi akses internet daerah 3T
Baca juga: Proyek SATRIA-1 masuki tahapan pembangunan 68,3 persen
Pewarta: Feny Aprianti
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022
