Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus memperkuat kontribusi pemuda di sektor energi dalam menangani krisis iklim dan percepatan proses transisi menuju energi bersih.

Tenaga Ahli Menteri ESDM sekaligus Chair of Energy Transitions Working Group (ETWG) Yudo Dwinanda Priaadi mengungkapkan penanganan perubahan iklim membutuhkan keterlibatan anak muda, termasuk masa depan pengelolaan sektor energi.

"Dampak perubahan iklim sudah kita rasakan bersama. Penanganannya tidak bisa ditunda. Selain membangun kesadaran di masyarakat, sudah saatnya anak muda memberikan aksi nyata untuk mencari solusi bersama," kata Yudo saat membuka webinar bertajuk "Youth Actions in Mitigating Climate Change" di Jakarta, Jumat.

Seminar digagas Kementerian ESDM dan USAID-Sustainable Energy for Indonesia's Advancing Resilience (USAID-SINAR) sebagai bagian menyukseskan Presidensi G20 Indonesia 2022.

Baca juga: Dunia hadapi krisis air bersih dan pangan

Saat ini, kesadaran pentingnya pemahaman mengenai isu perubahan iklim terus ditingkatkan oleh seluruh pemangku kepentingan.

Pemerintah pun tengah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong peran anak muda terlibat langsung dalam penanganan krisis iklim dan percepatan transisi energi bersih.

Yudo menjelaskan isu perubahan iklim maupun transisi energi yang menjadi isu global mulai banyak diminati oleh generasi milenial dan generasi Z.

Ia mengamati fenomena akan maraknya komunitas penggerak maupun usaha rintisan (startup) di bidang EBT.

"Hal tersebut merupakan sinyal yang baik dalam meningkatkan peran anak muda dalam mewujudkan transisi energi Indonesia," tuturnya.

Saat ini, sambung Yudo, pemerintah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29-41 persen pada 2030.

Baca juga: PBB tetapkan standar lebih ketat untuk aksi iklim perusahaan

Pada sektor energi, Indonesia memasang target penurunan emisi GRK sebesar 314-446 juta ton CO2 pada 2030, melalui pengembangan energi terbarukan, pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih. "Ini sesuai amanat UU No 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement," tegasnya.

Demi mencapai target penurunan emisi, Kementerian ESDM telah menyusun peta jalan menuju net zero emission (NZE) sektor energi pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional.

"Penyusunan roadmap ini sejalan dengan arah kebijakan energi nasional yaitu melaksanakan transisi energi, dari energi fosil menuju energi bersih ramah lingkungan utamanya pengembangan EBT," ungkapnya.

Peta jalan tersebut mencakup strategi yang perlu ditempuh oleh Indonesia dari sisi supply dan demand energi untuk menurunkan emisi GRK secara signifikan dan mencapai NZE, seperti phasing down batu bara, implementasi EBTKE secara masif, konversi PLTD ke EBT, serta peningkatan demand listrik melalui pemanfaatan kompor induksi dan kendaraan listrik.

"Kami juga masih melakukan exercise dan simulasi agar dokumen peta jalan NZE sektor energi dapat sejalan dengan upaya penurunan emisi yang ditargetkan oleh KLHK selaku National Focal Point, serta dapat disinergikan dengan peta jalan sektor lainnya," katanya.

Menurut Yudo, tanggung jawab mewujudkan transisi energi semakin besar seiring terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 2022. "Transisi energi menjadi satu dari tiga pilar utama mewujudkan target forum internasional tersebut, yaitu Recover Together, Recover Stronger," jelasnya.

Urban Environment Officer USAID Indonesia, Ryan Weddle menyatakan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) berkomitmen mendukung tujuan energi terbarukan Indonesia dan nationally determined contribution mengejar tujuan ini.

"Sangat penting untuk memberdayakan generasi muda agar masyarakat dapat secara efektif memanfaatkan energi, semangat, dan kreativitas mereka," katanya.

Ia menambahkan pihaknya senang bisa bersama-sama menjadi tuan rumah webinar, yang mana para peserta dapat belajar tentang inovasi di sektor energi seperti perdagangan karbon, utilitas energi berkelanjutan, dan pengelolaan limbah elektronik.

"Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin muda ini karena telah berbagi kisah inspiratif mereka dan juga kepada semua peserta atas keterlibatan berkelanjutan mereka dalam pengembangan energi terbarukan," kata Ryan.

Yudo menambahkan EBT dan mitigasi perubahan iklim bukan merupakan upaya yang dilakukan sesaat, diperlukan komitmen dan keberlanjutan dalam pelaksanaannya.

Ia menantikan kontribusi generasi milenial dalam membangun energi bersih. "Pemerintah tak bisa sendiri, dibutuhkan gerak bersama termasuk peran generasi muda dalam mewujudkan transisi energi dan menciptakan sistem energi yang berkelanjutan," ujarnya.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022