Mentok, Babel (ANTARA) - Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang selama ini terkesan kurang mendapatkan perhatian dan berakhir bangkrut, perlahan mulai dibenahi agar membawa dampak nyata terhadap kesejahteraan warga desa.

Sejumlah faktor yang selama ini dianggap menjadi biang keterpurukan BUMDes, mulai diurai dan dicarikan solusi tepat dengan melibatkan banyak pihak agar muncul ide-ide segar dan beragam yang bisa menjadi ramuan mujarab untuk membangkitkan perekonomian masyarakat desa.

Pola pemberdayaan yang selama ini dinilai monoton karena hanya berisi seremonial dan sosialisasi, coba diperbaiki dengan menyentuh langsung kebutuhan pengelola BUMDes sesuai dengan potensi sumber daya alam dan manusia di wilayah setempat.

Akademisi Universitas Bangka Belitung, Ranto MA , mengatakan, kebangkrutan BUMDes di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, sebagian besar disebabkan kurangnya wawasan dalam pengelolaan, perencanaan usaha yang dijalankan tidak didasari kajian, dan pertimbangan potensi bisnis jangka menengah dan jangka panjang.

"Pengelola BUMDes perlu jeli melihat peluang pasar dan potensi yang ada. Pengelola jago dalam mengelola manajemen usaha agar bisa bertahan. Ini yang perlu dikuatkan," katanya menandaskan.

Terobosan baru

Tepat sebulan lalu, Pemkab Bangka Barat melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mencoba menjawab tantangan dan memberikan solusi nyata dengan meluncurkan Sekolah BUMDes Ubok Sekicing.

Program Sekolah BUMDes Ubok Sekicing merupakan sebuah inovasi baru yang ditawarkan untuk para pengelola BUMDes yang serius ingin maju dan sudah memiliki bisnis aktif.

Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming menargetkan ke depan BUMDes mampu menjadi salah satu pilar ekonomi masyarakat yang akan mampu mendongkrak perekonomian desa sehingga perlu disiapkan para pengelola yang mumpuni dalam menjalankan bisnis tersebut.

"BUMDes bukan pesaing usaha yang sudah dijalankan warga, dan akan lebih baik jika mampu menjadi payung besar bagi usaha yang dijalankan warga desa," kata Bong Ming Ming.

Lembaga BUMDes memiliki peluang besar karena bisa menjangkau hingga pelosok dengan menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat maupun menampung hasil usaha yang dijalankan warga di desa masing-masing.

Kehadiran Sekolah BUMDes Ubok Sekicing menjadi sebuah inovasi karena para pengampu akan terjun langsung bersama pengelola BUMDes untuk menambah pengetahuan, melakukan pendampingan dan pembinaan.

Sekolah BUMDes tersebut menggandeng para profesional, praktisi dan akademisi sehingga akan memudahkan dalam perencanaan awal bisnis, seperti menyiapkan kajian potensi pengembangan bisnis, manajemen usaha, pemasaran, dan lainnya, hingga pendampingan agar usaha yang dijalankan semakin maju.

"Kami ingin BUMDes menjadi penguat ekonomi masyarakat bukan pesaing, dan secara otomatis perlu didukung kualitas SDM demi mewujudkan kemandirian desa," kata Bong Ming Ming.

Munculnya sekolah BUMDes Ubok Sekicing menjadi langkah awal yang baik untuk bersama-sama menguatkan perekonomian masyarakat dan mendukung terwujudnya Bangka Barat maju, sejahtera dan bermartabat.

Membangun jejaring

Kemajuan teknologi serba digital memiliki dampak positif bagi para pelaku usaha baru karena memudahkan dalam promosi dan membangun jejaring maupun kemitraan yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam pengembangan bisnis.

Program Sekolah BUMDes Ubok Sekicing menghadirkan langsung para praktisi dan akademisi ke tengah desa dan membantu para pengelola BUMDes mengembangkan bisnis.

"Kehadiran para praktisi dan akademisi akan sangat membantu memberikan kebaruan pola pikir para pengelola, baik dalam membangun kemitraan, jejaring, maupun melakukan studi tiru untuk pengembangan bisnis berbasis pasar," kata Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bangka Barat Suradi.

BUMDes yang menjadi peserta program sekolah tersebut akan didatangi langsung oleh para pengampu yang terlebih dahulu melakukan pendataan sesuai potensi yang ada. Hal ini dilakukan agar pengampu yang hadir sesuai dengan kebutuhan sehingga perencanaan usaha bisa langsung dipraktikkan.

Para pengampu bersama petugas dari DInsos PMD Bangka barat kemudian menggelar kegiatan pojok BUMDes sebagai tempat diskusi awal antara pengampu dengan para pengelola BUMDes, perangkat pemerintah desa dan perwakilan warga untuk kemudian bersama-sama menyusun berbagai program usaha dan peluang bisnis yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan potensi yang dimiliki.

Para peserta juga diberikan pelatihan "benchmarking" untuk memberikan wawasan baru pola kemitraan "pentahelix collaboration" dan pengembangan bisnis berbasis pasar.

Narasumber tidak hanya para praktisi, akademisi dan tenaga profesional dari dalam daerah, namun juga melibatkan para tenaga profesional luar daerah untuk membuka wawasan baru dan kemungkinan-kemungkinan baru dalam pengembangan usaha.

"Kami juga pernah menghadirkan narasumber Sekretaris Desa Campurrejo, Bojonegoro, Jawa Timur dan Sekretaris Ademos Indonesia untuk berbagi pengalaman inspiratif untuk dibagikan kepada para pengelola BUMDes di sini," kata Suradi.

Para narasumber berbagi pengalaman juga terkait upaya menyamakan visi para pemangku kepentingan di desa untuk bersama-sama memaksimalkan area perkebunan dan pesisir pantai.

BUMDes harus mulai memiliki nilai transformasi sosial ekonomi dan budaya, hal ini penting dilakukan untuk menjadikan BUMDes sebagai salah satu lembaga ekonomi rakyat yang berperan sebagai pilar demokrasi ekonomi.

Untuk menjadi BUMDes maju harus lebih sering melihat potensi yang ada di dalam desa karena di desa ada banyak potensi yang banyak dimiliki namun belum dikaji secara seksama.

Kunci kemandirian BUMDes

Program Sekolah BUMDes Ubok Sekicing merupakan langkah awal dari Pemkab Bangka Barat untuk menghadirkan para ahli bisnis hadir langsung dan melakukan pendampingan kepada para pengelola BUMDes.

Dengan langkah awal yang benar dan sesuai kebutuhan saat ini, diharapkan ke depan lembaga usaha tersebut akan semakin berkembang, maju dan mandiri, bahkan diharapkan mampu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi desa setempat.

"Ini langkah awal membangun kemandirian BUMDes," ujar Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Desa Dinsos PMD Kabupaten Bangka Barat Winda.

Sebagai contoh kerja sama Sekolah BUMDes Ubok Sekicing yang sudah berjalan yaitu melatih pengelolaan bisnis kepada BUMDes Jerieng Gemilang di Desa Pelangas, Kecamatan Simpangteritip dengan menghadirkan pengampu dari kalangan akademisi Universitas Bangka Belitung, Dr. Amri dan Erwin MM. Ph.D yang juga merupakan salah satu pengusaha sukses di Provinsi Babel.

Dalam pertemuan itu, para peserta diajak menemukan strategi bisnis agar ke depan BUMDes Desa Pelangas memiliki posisi strategis untuk meningkatkan pendapatan desa.

Selama ini pendapatan desa masih terbatas dan tergantung dari asupan dana desa dari pemerintah, padahal potensi yang dimiliki BUMDes sangat besar untuk menjadi salah satu pilar penghasil uang.

"BUMDes harus mulai fokus dalam menjalankan bisnis. Selama ini pengelola ingin melakukan banyak hal sehingga malah tidak terarah, ibarat seorang pengarang buku ingin menulis banyak hal tapi tidak memiliki judul," kata Amri.

BUMDes bisa maju, mandiri dan bermanfaat untuk warga desa setempat jika mampu mempertegas produk unggulan desa. kemudian dikemas dengan kreatif dan menggunakan strategi belok kiri ketika orang lain melangkah ke arah kanan.

"Dengan melahirkan produk yang berbeda dari kompetitor lain maka bisnis kita tadi akan mudah menarik orang lain," katanya.

Hal lain yang tak kalah penting, BUMDes harus menjadi tuan di tanah sendiri, artinya lahan-lahan potensial di desa jangan dijual kepada orang lain atau investor karena jika sampai dimiliki oleh orang lain maka BUMDes hanya menjadi penonton setia kesuksesan orang lain.

Program Sekolah BUMDes Ubok Sekicing merupakan cara baru Pemda Bangka Barat dalam melihat BUMDes. Program ini tidak hanya memberikan pemahaman tentang bisnis semata, tapi sekaligus merawatnya.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022