Tokyo (ANTARA) - Harga minyak melemah di perdagangan Asia pada Senin sore, memperpanjang penurunan beruntun baru-baru ini, di tengah kekhawatiran bahwa perkiraan kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS akan melemahkan permintaan bahan bakar.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September jatuh 1,19 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 102,01 dolar AS per barel pada pukul 06.45 GMT, merosot untuk hari keempat.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September merosot 1,33 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 93,37 dolar AS per barel, juga turun untuk hari keempat.

Kedua kontrak acuan menyerah keuntungan awal.

"Harga minyak berada di bawah tekanan karena meningkatnya kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS akan memperlambat ekonomi global dan mengurangi permintaan bahan bakar," kata Kepala Eksekutif Emori Fund Management Inc, Tetsu Emori.

"Pemulihan yang lambat dalam ekonomi China juga membebani sentimen pasar," katanya.

Baca juga: Harga minyak anjlok, dipicu naiknya stok bensin AS dan suku bunga ECB

Harga minyak berjangka telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir karena para pedagang telah mencoba untuk menyesuaikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang dapat membatasi kegiatan ekonomi dan dengan demikian memotong pertumbuhan permintaan bahan bakar, terhadap pasokan yang ketat dari gangguan dalam perdagangan barel Rusia karena sanksi Barat di tengah krisis konflik Ukraina.

Pejabat di The Fed telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli.

China, ekonomi terbesar kedua di dunia, nyaris tidak mengalami kontraksi pada kuartal kedua, tumbuh hanya 0,4 persen tahun-ke-tahun, terbebani oleh penguncian COVID-19, sektor properti yang lemah, dan sentimen konsumen yang berhati-hati.

"Nada pasar kemungkinan akan tetap bearish juga di tengah kekhawatiran bahwa dimulainya kembali beberapa produksi minyak mentah Libya akan mengurangi ketatnya pasokan global," kata Kepala Analis Fujitomi Securities Co Ltd, Kazuhiko Saito.

Di sisi pasokan, National Oil Corporation (NOC) Libya bertujuan untuk mengembalikan produksi menjadi 1,2 juta barel per hari (bph) dalam dua minggu, NOC mengatakan dalam sebuah pernyataan Sabtu (23/7/2022) pagi.

Uni Eropa mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan mengizinkan perusahaan milik negara Rusia untuk mengirimkan minyak ke negara-negara ketiga di bawah penyesuaian sanksi yang disepakati oleh negara-negara anggota pekan lalu yang bertujuan untuk membatasi risiko keamanan energi global.

Namun Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina mengatakan pada Jumat (22/7/2022) bahwa Rusia tidak akan memasok minyak ke negara-negara yang memutuskan untuk mengenakan batasan harga pada minyaknya.

Baca juga: Minyak jatuh, kenaikan bunga Fed akan berdampak pada permintaan BBM

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022