Jakarta (ANTARA) - Manajemen perusahaan pemasok kebutuhan bahan pokok bagi industri makanan dan minuman, Supplynow optimis mampu menekan rantai pasok hulur hilir bagi sektor pertanian di Jabodetabek melalui perkembangan platform digital.

"Industri makanan di Jabodetabek kian bertumbuh seiring berkembangnya sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe). Ini yang menjadi dasar menghadirkan layana digital sebagai jembatan dari petani ke industri makanan dan minuman," kata Co-Founder Supplynow, Cindy Ozzie di Jakarta, Senin.

Baca juga: Berkontribusi 39,51 persen, industri makanan minta dukungan bahan baku

Cindy menuturkan perkembangan platform digital menguntungkan pelaku bisnis makanan dan minuman karena tidak akan kesulitan mencari bahan baku dan petani juga diuntungkan sebab penyerapan hasil panen sesuai dengan harga di pasaran.

Mengenai peluang, Cindy mengatakan data pada 2021 menunjukkan sektor makanan dan minuman mencapai angka Rp775,1 triliun.

Sedangkan, total bisnis makanan dan minuman horeka lokal mencapai hingga 200 ribu outlet per 2021.

"Angka ini menjadi titik balik dari bisnis makanan dan minuman yang turun drastis sejak pandemi COVID-19 2020 lalu," ujar Cindy.

Cindy menjelaskan salah satu kunci sukses untuk bisnis makanan dan minuman ini adalah manajemen rantai pasok.

Cindy mengungkapkan rantai pasok menduduki peran penting dalam kinerja bisnis makanan dan minuman terutama ketersediaan akan bahan produksi.

Namun faktanya, Cindy mengungkapkan bahwa di Indonesia masih menggunakan pemasok konvensional. Padahal, proses rantai pasok makanan konvensional berpotensi memakan banyak waktu, hambatan dalam titik pemberhentian yang menyebabkan produk selama perjalanan menuju konsumen terbuang.

Baca juga: IKM makanan butuh pasokan bahan baku hadapi dampak COVID-19

Dengan menghubungkan petani langsung dengan konsumen, maka total kuantitas produk sisa yang terbuang (waste) dalam proses titik ke titik menjadi kurang dari 4 persen, dibandingkan dengan pemasok konvensional yang total produk terbuang bisa mencapai 30 persen, kata Cindy.

Cindy juga memastikan harga-harga yang tertera sudah mengacu kepada data komoditi Pemprov DKI Jakarta yang juga dikombinasikan dengan harga yang berlaku di pasar.

"Jadi meskipun harga bahan pangan terus berfluktuasi kita pastikan harga yang tertera selalu diperbarui (update)," ungkap Cindy.

Sementara itu CEO Chef Hendro, Associate & Co-Founder Kokikit mengatakan sangat terbantu dengan adanya layanan Supplynow ini karena menjadi lebih efisien.

"Kalau dulu bahan baku kami cari secara manual. Ayam suplier-nya sendiri, buah suplier-nya sendiri, sayuran suplier-nya sendiri. Sekarang bisa mudah pesannya dan yang penting produk yang dihadirkan sesuai standar," ucap Chef Hendro.

Saat ini, Supplynow terus memperluas pasar tak hanya di Jabodetabek tetapi juga Bandung dan Surabaya.

Baca juga: Pameran bahan baku industri mamin dari 46 negara digelar Oktober

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022