Semangat goro berkembang antara lain dibuktikan cakupan prevalensi stunting di Kota Pekanbaru sebesar 11 persen lebih rendah dari prevalensi stunting Riau 22,3 persen.
Pekanbaru (ANTARA) - Kepala BKKBN Dr. (Hc) dr Hasto Wardoyo SPOG  menyebut Provinsi Riau bisa menurunkan angka stunting dari 22,3 persen menjadi hingga 14 persen pada tahun 2024.

"Keyakinan ini optimistis tercapai antara lain dibuktikan adanya semangat yang tinggi dari Pemerintah Provinsi Riau, pemerintah kabupaten dan kota, Tim Pendamping Keluarga, BKKBN Provinsi Riau, Kampung KB, masyarakatnya, perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya yang kuat bergotong royong, serta dukungan anggaran," kata Hasto Wardoyo di Pekanbaru, Senin.

Ia mengatakan itu saat menjadi pembicara pada acara Penguatan Tim Pendamping Keluarga dalam percepatan penurunan stunting di Provinsi Riau, melalui sinergi antara BKKBN Provinsi Riau, Pemerintah Provinsi Riau dan PTPN V.

Semangat goro berkembang antara lain dibuktikan cakupan prevalensi stunting di Kota Pekanbaru sebesar 11 persen lebih rendah dari prevalensi stunting Riau 22,3 persen.

Itu dicapai karena aktifnya Dapur Sehat Anak Stunting (Dasat) yang juara nasional itu digagas Kampung KB Berkah Bersama, Kelurahan Air Dingin, Kota Pekanbaru.

Hebatnya, kata Hasto lagi, kini anak asuh yang dibantu pemenuhan gizinya mencapai 400 anak. Di Kampung KB Berkah Bersama itu, keberadaan Dasat yakni dikembangkan berdasarkan partisipasi keluarga dalam menyumbangkan telur, makanan bergizi lain beras ke keluarga yang memiliki anak berpotensi stunting dan beresiko stunting.

"Tiap rumah yang telah menyumbang pada Dapur Sehat itu akan dipasangkan tanda stiker, sebagai bukti kepedulian mereka terhadap upaya penurunan prevalensi stunting. Saya optimistis Riau akan mampu mencapai target ditetapkan Presiden Jokowi tahun 2024 sebesar 14 persen itu minimal hingga 16 persen saja," katanya.

Hasto Wardoyo mengatakan Riau mampu menurunkan angka pervalensi diyakini juga karena Pemrov Riau menggencarkan gerakan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) dengan sejumlah mitra seperti Pertamina Hulu Rokan (untuk 100 anak stunting) dan PT.PN V untuk sebanyak 50 anak digerakkan oleh Ikatan Keluarga Besar Istri (IKBI) PTPN V.

Karenanya Perusahaan yang ada di Riau, jika mau "berinvestasi" jangka panjang akan banyak diuntungkan maka jadilah Bapak Asuh Anak Stunting. Dengan satu orang anak berbuat, namun yang akan berterimakasih itu cukup banyak, anak Stunting yang menerima bantuan gizi, keluarganya, pemerintah daerah, Pemda, BKKBN, hingga Presiden.
Baca juga: BKKBN dorong penurunan kekerdilan di 12 provinsi prioritas
Baca juga: Hasto Wardoyo: BKKBN memiliki "PR" turunkan kekerdilan 10 persen


Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara V Jatmiko Santosa mengatakan, aksi dari IKBI PTPN V, membantu pendampingan gizi bagi 50 anak untuk enam bulan ke depan dan selanjutnya akan dijadikan program reguler agar upaya percepatan stunting di Riau bisa dicapai dengan baik.

Ia menyebutkan, di lingkup perusahaannya prevalensi stunting tercatat 0 persen (bebas dari stunting). Saat ini terdapat 11 ribu karyawan dengan 7.000 ribu isteri karyawan itu dominan keluarga berada di daerah terpencil namun perusahaan tetap memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, yang merata didukung oleh 9 fasilitas kesehatan terdiri dari 1 RS, 1 klinik utama dan 7 klinik pratama.

Selain itu, didukung keberadaan 62 kader Pos UKK, 135 Posyandu, 733 kader Posyandu, pelayanan dan pemantauan ibu hamil, bayi dan balita terus berjalan dengan baik. PTPN V juga memiliki 99 Paud dan penitipan anak, sedangkan pelayanan Posyandu dibuka 1 x perbulan bagi ibu hamil, bayi dan balita serta kini tercatat 4.355 akseptor KB.

Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Riau Masrul Kasmy mengatakan banyak rumah tangga yang kekurangan asupan makanan bergizi, padahal di Riau kaya dengan sumber pangan hewani ikan, yang selama ini justru dinikmati Malaysia dan Singapura karena ikan tersebut diekspor ke negara Jiran itu.

Jadi, katanya seharusnya tidak ada alasan jika masih banyak anak di Riau yang beresiko dan berpotensi stunting atau kekurangan gizi.

"Karenanya mari kita tingkatkan kualitas SDM dan balita dengan cara meningkatkan praktek pengasuhan anak, bayi dan balita yang lebih baik lagi serta remaja putri untuk mendapatkan asupan gizi yang lebih baik, disamping itu Pemrov Riau juga terus berupaya meningkatkan intervensi anggaran," katanya.

Pada tahun 2021, katanya lagi, anggaran intervensi penuntasan Stunting di Riau Rp38 miliar dan tahun 2022 menjadi naik lebih dari 100 persen atau sebesar Rp100 miliar lebih itu. Semoga dengan adanya dukungan anggaran tersebut akan mendapatkan banyak dukungan dari semua pemangku kepentingan guna mempercepat penuntasan stunting di Riau.

Pada acara yang diikuti puluhan lebih Tim Pendamping Keluarga itu, Hasto Wardoyo juga memberikan hadiah bonus Rp500 ribu kepada pendamping keluarga yang menjawab pertanyaannya dengan baik dan benar, seputar ukuran lengan catin perempuan yang memenuhi syarat untuk hamil, bahaya stunting, dan ukuran berat serta panjang badan anak ideal agar bisa terhindari dari stunting. Suasana makin gemuruh saat Hasto Wardoyo dengan kocak menawarkan akan memberikan hadiah sepeda bagi peserta yang menjawab dengan benar. 
Baca juga: BKKBN: Angka anemia tinggi berpotensi lahirkan anak stunting
Baca juga: BKKBN: Keluarga berkualitas kunci sukses Indonesia Emas 2045


 

Pewarta: Frislidia
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022