Skenarionya inflasi bisa mencapai 5 persen di 2022 apabila produsen masih menahan tidak mentransmisikan kenaikan harga kepada konsumen dan pemerintah menahan subsidi. Kalau tidak, inflasi diperkirakan melewati target bahkan mencapai 6 persen
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Fathya Nirmala Hanoum memperkirakan inflasi year to date akan mencapai 5 persen hingga 6 persen di akhir 2022.

“Skenarionya inflasi bisa mencapai 5 persen di 2022 apabila produsen masih menahan tidak mentransmisikan kenaikan harga kepada konsumen dan pemerintah menahan subsidi. Kalau tidak, inflasi diperkirakan melewati target bahkan mencapai 6 persen,” katanya dalam Diskusi Media CORE yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Ia memperkirakan sejauh ini Bank Indonesia belum menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate karena menilai inflasi Indonesia masih terkendali dibandingkan negara-negara lain.

Hal ini disebabkan produsen belum menyalurkan kenaikan harga kepada konsumen sebagaimana tampak dari Indeks Harga Produsen (IHP) yang pada kuartal I 2022 telah mencapai 9,06 year on year atau jauh dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sebesar 4,35 persen di kuartal II 2022.

Di samping itu, pemerintah juga masih mempertahankan subsidi produk sehingga harga barang yang diatur pemerintah pada Juni 2022 hanya mengalami inflasi sebesar 0,27 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Diperkirakan Bank Indonesia akan melakukan pengetatan kebijakan mulai semester II 2022 untuk merespons inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah.

“Adapun selain jalur suku bunga, Bank Indonesia telah memperketat kebijakan moneter antara lain dengan menormalisasi likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan,” katanya.

Suku bunga acuan yang selama ini dipertahankan BI dipandang efektif untuk mendorong pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang sudah tumbuh 10,3 persen year on year pada Juni 2022.

“Ruang untuk perbankan menyalurkan kredit masih ada dengan LDR (Loan to Deposit Rasio) yang masih rendah. Kinerja perbankan juga cukup baik dengan likuiditas yang cukup, tampak dari CAR perbankan yang masih dalam batas baik,” ucapnya.


Baca juga: BI mewaspadai risiko kenaikan inflasi lewat operasi moneter
Baca juga: Ekonom : Keputusan pertahankan suku bunga acuan jaga pemulihan ekonomi
Baca juga: IMF pangkas prospek pertumbuhan global, inflasi tinggi ancam resesi


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022