Jakarta (ANTARA) - Investasi bisa beraneka rupa bentuknya, mulai dari tabungan, emas, saham, tanah hingga barang bermerek seperti tas mewah. Perencana keuangan Rista Zwestika mengatakan kian banyak orang yang berminat membeli barang bermerek "preloved" alias yang sudah pernah dipakai.

Baca juga: Harga terus menanjak, tas mewah jadi investasi menggiurkan

"Pasar barang mewah preloved memiliki nilai 40 miliar AS secara global," kata Rista dalam bincang-bincang di Jakarta, Rabu (27/7), petang.

Pasar barang mewah "preloved" diperkirakan akan terus naik dalam lima tahun ke depan dengan kenaikan rata-rata 15-20 persen per tahun. Salah satu faktor yang menarik konsumen barang "preloved" adalah aspek berkelanjutan karena membeli barang "preloved" artinya memperpanjang usia sebuah barang.

Kendati demikian, tak semua barang mewah seperti tas bisa dijadikan investasi di masa depan. Sebuah barang bisa jadi investasi bila memang harganya naik terus seiring berjalannya waktu. Maka, seseorang harus jeli dalam memilih koleksi yang tak lekang dimakan waktu dan bakal terus disukai meski sudah bertahun-tahun berlalu.

Baca juga: Fendi luncurkan tas beraroma parfum mewah

Tren yang berlaku di Indonesia belum tentu sama dengan negara lain. Jadi, saat ada tas mewah yang laku di negara lain, bisa saja tas dengan model yang sama ternyata tak banyak peminat. Maka, pengetahuan mengenai fesyen juga harus terus diasah agar koleksi barang mewah yang dimiliki bisa menjadi investasi.

Apa merek-merek tas yang patut dipertimbangkan bila Anda ingin menjadikannya investasi? Ia menuturkan, beberapa tas yang digemari di Indonesia adalah Classic Flap bag dari Chanel, Birkin bag dari Hermes, Neverfull bag dari Louis Vuitton dan Lady Dior bag.

Agar kelak bisa dijual lagi, tentu tas harus dijaga baik-baik agar kondisinya tetap prima sehingga harganya tidak anjlok. Jika memang perlu, bawalah koleksi ke tempat khusus untuk membersihkan tas agar kondisinya tetap bagus.

Baca juga: Hermes cetak rekor penjualan Rp95 triliun berkat China

"Sebagai pemakai harus pintar jaga kondisi, saat menyimpan juga kalau salah perlakuannya nanti bisa rusak," kata Chief Irresistible Bazaar, Marisa Tumbuan.

Pendiri platform marketing produk barang bermerek "preloved" ini menuturkan, konsumen di Indonesia pada umumnya lebih mengikuti tren dengan pilihan warna netral karena mudah dipadupadan dengan berbagai busana. Ada jenis tas dengan warna mencolok yang sebetulnya laku di negara lain, tapi harganya justru jatuh di Indonesia karena kurang peminat.

"Hermes oranye di luar negeri laku, di Indonesia jatuh harganya karena dianggap sulit untuk padu padan padahal semua tergantung kepercayaan diri si pemakai," katanya.

Laku atau tidaknya sebuah tas mewah juga dipengaruhi siapa yang memakai. Bila ada pesohor yang terlihat mengenakan tas tertentu, ada kemungkinan model tersebut kian diminati karena orang-orang ingin mengikuti gayanya.


Baca juga: Ratusan tas Hermes dan barang mewah disita dari kondominum Najib Razak

Baca juga: Tren fashion tas pria yang menggebrak batas gender

Baca juga: Berkat pakai kaca film V-KOOL, pria ini dapatkan tas Hermes Birkin

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022