Jakarta (ANTARA) - Orientasi pemanfaatan minyak dan gas bumi yang mulai bergeser seiring dengan komitmen global untuk mencapai target netralitas karbon mendorong industri hulu migas untuk dapat mengoptimalkan aneka produk turunan.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan salah satu pemanfaatan produk hulu migas adalah untuk kebutuhan petrokimia.

"Kita akan orientasikan produk migas untuk industri petrokimia, sehingga di midstream tidak hanya mengolah crude menjadi bahan bakar minyak, tapi juga petrokimia," ujarnya saat menghadiri Forum Kapasitas Nasional II di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis.

Sugeng menjelaskan bahwa produk petrokimia yang paling krusial dari industri hulu migas adalah parasetamol.

Baca juga: DPR saran RI jalin kerja sama internasional garap migas Blok Andaman

Menurutnya, impor bahan-bahan parasetamol saat ini masih cukup besar padahal kebutuhannya terbilang tinggi untuk pengobatan. Kondisi ini harus bisa diatasi dengan peningkatan produksi migas terutama produk turunan.

Kebutuhan impor petrokimia Indonesia mencakup 40 persen total volume ekspor adalah produk petrokimia industri. Obat parasetamol dibuat dari turunan gas.

"Kapasitas nasional industri hulu migas harus bisa menjawab kebutuhan migas yang besar. Momentum tersebut bisa dimanfaatkan dengan mempercayakan kemampuan perusahaan lokal dalam kegiatan operasi hulu migas," kata Sugeng.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menekankan Forum Kapasitas Nasional akan menjadi wadah pertukaran informasi, pengetahuan dan peluang kerja sama yang bisa dilakukan ke depan.

Baca juga: Kementerian ESDM: Potensi migas di Aceh menjanjikan, khususnya Andaman

Selain itu, Forum Kapasitas Nasional juga menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi atas berbagai hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi para pemangku kepentingan industri hulu migas, terutama pelaku usaha yang terlibat sebagai penunjang industri hulu migas.

Menurut Dwi, pelaku usaha jelas berperan dalam mendukung pengembangan industri hulu migas. Realisasi keterlibatan pelaku usaha lokal saat ini telah menunjukkan bahwa hulu migas jadi salah satu sektor yang paling berkontribusi maksimal dalam pengembangan potensi dalam negeri.

Pada periode 2020 sampai Juni 2022, nilai kontribusi industri migas terhadap industri mencapai Rp174,53 triliun. Angka itu jauh melampaui nilai kontrak komoditas utama migas sebesar Rp141,2 triliun.

Kerja sama yang produktif di antara pelaku usaha lokal dan nasional sebagai penunjang mendorong penggunaan produk dalam negeri, serta meningkatkan capaian tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di industri hulu migas.

"Saat ini realisasi TKDN industri hulu migas telah mencapai 63 persen. Angka itu 6 persen melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 57 persen,” jelas Dwi.

Lebih lanjut ia mengungkapkan telah melihat langsung bagaimana industri hulu migas menimbulkan dampak berganda terhadap perekonomian daerah. Pelaku industri penunjang makin banyak yang berkembang.

“Banyak pabrikan lokal yang berhasil mengembangkan kapasitas dan kemampuan, dari yang tadinya importir, kemudian menjadi produsen dan memasok barang ke KKKS, beberapa di antaranya sukses menembus pasar global. Mereka mempekerjakan ratusan pekerja lokal dengan keahlian tinggi,” kata Dwi.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022