Ciawi, Jawa Barat (ANTARA) - The United Nations Population Fund (UNFPA) membeberkan bahwa sebanyak 60 persen kejadian kehamilan yang tidak direncanakan oleh ibu banyak berujung pada keputusan melakukan aborsi.

“Hasil menunjukkan bahwa sekitar 60 persen dari kehamilan tidak direncanakan itu tidak diinginkan dan berakhir dengan aborsi,” kata UNFPA Indonesia Representative Anjali Sen dalam peluncuran Laporan Situasi Kependudukan Dunia 2022 di Ciawi, Jawa Barat, Jumat.

Berdasarkan hasil dari Laporan Situasi Kependudukan Dunia 2022 yang diluncurkan oleh pihaknya hari ini, kehamilan yang tidak direncanakan memaksa perempuan untuk menghadapi situasi yang tidak mereka pilih, pada waktu yang tidak mereka pilih, di bawah kondisi yang tidak mereka pilih dan terkadang bahkan ada dengan pasangan yang tidak mereka pilih.

 

Adanya kondisi yang tidak diinginkan tersebut, kata Anjali, memaksa perempuan untuk mengambil pilihan yang membahayakan hidupnya dengan melakukan aborsi. Di mana 45 persen dari semua aborsi yang terjadi dilakukan ibu dengan cara yang tidak aman.

Anjali mengatakan bahwa aborsi yang tidak aman tersebut mengakibatkan kematian ibu terus meningkat baik di Indonesia maupun secara global sampai membuat jutaan perempuan di rawat di rumah sakit setiap tahunnya.

Menurutnya, banyak munculnya kehamilan yang tidak direncanakan dan aborsi terjadi karena adanya ketidaksetaraan gender dalam pembangunan sosial dan ekonomi serta adanya pembatasan terhadap hak-hak mengakses informasi maupun layanan seksual dan reproduksi.

“Kehamilan yang tidak direncanakan mengakibatkan kesehatan yang memburuk, putusnya pendidikan, hilangnya pemasukan dan meningkatnya kesulitan keluarga. Kehamilan yang tidak direncanakan menimbulkan kerugian miliaran dolar karena meningkatnya pengeluaran sistem kesehatan dan prospek yang lebih buruk bagi generasi-generasi mendatang,” kata dia.

Baca juga: UNFPA: 121 juta kehamilan tak direncanakan terjadi di dunia per tahun

Ia menambahkan bahwa tingkat kehamilan tidak direncanakan lebih tinggi di negara-negara dengan tingkat pembangunan yang lebih rendah, kesetaraan gender yang rendah, di negara-negara dengan tingkat kematian ibu yang lebih tinghi dan negara-negara dengaj undang-undang aborsi yang lebih ketat.

Anjali menekankan para pembuat kebijakan dan pemimpin masyarakat, harus memprioritaskan perluasan pilihan dan sumber daya bagi perempuan, guna meningkatkan nilai perempuan melalui lebih mendengarkan setiap suara mereka dan berinvestasi untuk layanan dan informasi kontrasepsi yang adil dan bebas dari stigma buruk masyarakat.

“Inilah waktunya kita bertindak. Ketika setiap orang berdaya untuk membuat keputusan secara matang tentang kesehatan tubuh dan masa depan lah, kita bisa menciptakan dunia yang adil dan makmur, yang kita inginkan. Dunia di mana setiap kehamilan diinginkan, setiap kelahiran aman dan potensi setiap orang mudah terpenuhi,” ujar Anjali.

Baca juga: UNFPA: Kesetaraan dibutuhkan dalam rencanakan kehamilan ibu

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022