Magelang (ANTARA) - Pameran seni rupa "Mata Air Bangsa: Persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif" di Museum OHD Kota Magelang, 31 Juli-28 November 2022, ikhtiar bersama menghadirkan keteladanan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kata kurator Suwarno Wisetrotomo.

"Bangsa ini butuh teladan, tetapi sedikit jumlahnya. Ketika Gus Dur wafat 30 Desember 2009 dan Buya Syafii berpulang 27 Mei 2022, sungguh ada yang rumpang, bolong, kosong," katanya saat pembukaan pameran di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu petang.

Pameran di museum yang dikelola kolektor seni rupa ternama Indonesia, dr. Oei Hong Djien itu, menyuguhkan 33 lukisan karya 23 seniman Indonesia dan 11 lukisan lama yang selama ini menjadi koleksi Museum OHD tersebut.

Pameran dibuka oleh Kepala Kevikepan Kedu Romo Antonius Dodit Haryono, antara lain ditandai pemukulan berbagai alat, seperti beduk, kentongan, gong, dan lonceng para pemuka lintas agama, serta testimoni tentang Buya Syafii dan Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid), dan pembacaan puisi.

Hadir para tokoh lintas agama, seniman, budayawan, pemerhati seni, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, tokoh kharismatis K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), putri kedua Gus Dur yang juga Direktur Wahid Institute Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid), dan Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syukriyanto.

Baca juga: Seni flora asli Indonesia hadir di Galeri Nasional

Suwarno yang juga pengajar Fakultas Seni Rupa dan Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu, selain bercerita tentang persiapan panjang menggelar pameran tersebut, juga menyebut dua guru bangsa --Gus Dur dan Buya Syafii-- sosok yang mampu dan berani bertindak, bersuara, membela yang teraniaya, dan menohok laku culas dalam berpolitik.

Melalui berbagai karya yang dipamerkan, ujar dia, para perupa berupaya menggugah kesadaran bersama untuk merayakan keberagaman, membangun saling pengertian, bertegur sapa, dan menguatkan.

Ia mengemukakan para perupa mewujudkan keteladanan dan api semangat Gus Dur dan Buya Syafii melalui pameran tersebut.

Pameran itu, katanya, perayaan ikhwal keberpihakan dan keberanian melalui keteladanan sosok Gus Dur dan Buya Syafii sebagai sumber mata air bangsa yang membasuh luka, menyiram purbasangka, memadamkan api kemarahan, dan memuliakan kemanusiaan.

Kepala Kevikepan Kedu Romo Antonius Dodit Haryono mengemukakan tentang pentingnya pameran tersebut yang bukan sekadar tontonan akan tetapi sebagai tuntunan kehidupan umat manusia.

Ia mengemukakan seni bersifat universal sehingga menyatukan manusia dengan berbagai latar belakang.

"Dalam kegiatan seni, semua tergabung, tanpa kotak-kotakan. Karya seni menyatukan umat manusia, membangun peradaban demi keutuhan bangsa dan negara," katanya.

Ia menyebut semangat dan visi Gus Dur serta Buya Syafii terus dihidupi dan semakin berdaya, salah satunya melalui karya seni yang menjadi representasi kehidupan beradab dan penuh persaudaraan.

"Melalui karya seni banyak orang mendapat tuntunan membangun peradaban dan persaudaraan," katanya.

Baca juga: Sandiaga dukung penuh pameran lukisan anak autis di MRT Bundaran HI
Baca juga: Pameran lukisan warnai Hari Menggambar Nasional di Magelang

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022