Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, karena data manufaktur yang lemah dari China dan Jepang untuk Juli membebani prospek permintaan, sementara investor bersiap untuk pertemuan para pejabat OPEC minggu ini bersama produsen utama lainnya mengenai penyesuaian pasokan.

Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 82 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 103,15 dolar AS per barel pada pukul 06.08 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 97,44 dolar AS per barel, jatuh 1,18 dolar AS atau 1,2 persen.

Penguncian baru COVID-19 memadamkan pemulihan singkat yang terlihat pada Juni untuk aktivitas pabrik di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Caixin/Markit turun menjadi 50,4 pada Juli dari 51,7 pada bulan sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi para analis, data menunjukkan pada Senin.

Aktivitas manufaktur Jepang juga berkembang pada tingkat terlemahnya dalam 10 bulan pada Juli, data menunjukkan pada Senin.

"PMI manufaktur China yang mengecewakan adalah faktor utama yang menekan harga minyak hari ini," kata Analis CMC Markets,Tina Teng.

"Data menunjukkan kontraksi mengejutkan dari kegiatan ekonomi, menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia dari penguncian COVID mungkin tidak sepositif yang diharapkan sebelumnya, yang menyuramkan prospek permintaan pasar minyak mentah."

Brent dan WTI mengakhiri Juli dengan kerugian bulanan kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2020, karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang akan mengikis permintaan bahan bakar.

Analis ANZ mengatakan penjualan bahan bakar untuk pengemudi di Inggris berkurang, sementara permintaan bensin tetap di bawah rata-rata lima tahun untuk tahun ini.

Mencerminkan hal ini, para analis dalam jajak pendapat Reuters mengurangi untuk pertama kalinya sejak April perkiraan mereka untuk harga rata-rata Brent 2022 menjadi 105,75 dolar AS per barel. Perkiraan mereka untuk WTI turun menjadi 101,28 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak ditutup beragam, kekhawatiran resesi tekan permintaan

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada Rabu (3/8/2022) untuk memutuskan produksi September.

Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus, sementara sisanya mengatakan produksi kemungkinan akan tetap stabil.

Pertemuan itu terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi bulan lalu.

"Sementara kunjungan Presiden Biden ke Arab Saudi tidak menghasilkan pengiriman minyak langsung, kami percaya bahwa Kerajaan akan membalas dengan terus meningkatkan produksi secara bertahap," kata Analis RBC Capital, Helima Croft, dalam sebuah catatan.

Awal Agustus melihat OPEC+ memiliki rekor pengurangan produksi yang sepenuhnya dibatalkan sejak pandemi COVID-19 terjadi pada 2020.

Sekjen baru kelompok itu, Haitham al-Ghais, menegaskan kembali pada Minggu (31/7/2022) bahwa keanggotaan Rusia di OPEC+ sangat penting untuk keberhasilan perjanjian, surat kabar Kuwait Alrai melaporkan.

Sementara itu, produksi minyak AS terus naik karena jumlah rig naik 11 pada Juli, meningkat untuk rekor 23 bulan berturut-turut, data dari Baker Hughes menunjukkan.

Penembusan harga minyak Brent di bawah level support utama 102,68 dolar AS dapat memicu penurunan ke kisaran 99,52 dolar AS hingga 101,26 dolar AS, kata Analis Teknis Reuters Wang Tao.

Baca juga: Harga minyak jatuh lagi, pasar khawatir naiknya Fed kurangi permintaan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022