Kupang (ANTARA) - Perwakilan operator wisata dari Italia meminta pemerintah Indonesia untuk menurunkan harga tiket TN Komodo, karena pihaknya tak yakin akan ada lagi wisatawan asal Italia yang akan berwisata di daerah itu.

"Kami terima jika memang ada kenaikan harga tiketnya, tetapi kenaikannya sangat tinggi, sehingga saya tidak yakin betul tamu-tamu dari Italia yang saya bawa akan mau ke Labuan Bajo," kata Perwakilan Tur Operator dari Italia Michele Barilari dari Labuan Bajo, Senin.

Michele mengatakan bahwa tidak apa-apa jika Destinasi wisata di Labuan Bajo dipersiapkan untuk lokasi wisata Premium. Hal tersebut wajar-wajar saja, namun kenaikan harga tiket itu tidak masuk di akal.

Ia mengatakan dalam setahun ia bisa membawa sekitar 50an wisatawan asal Italia masuk ke Labuan Bajo, dan berwisata di kawasan wisata lainnya dua kali dalam setahun.

Baca juga: Tarif TN Komodo Rp3,7 juta/orang libatkan turis lestarikan lingkungan

Sejak 2015 dirinya selalu mempromosikan pariwisata Labuan Bajo di negaranya dan banyak wisatawan dari negaranya yang penasaran dengan keindahan Labuan Bajo.

Sejak pertama kali dirinya datang ke Labuan Baji untuk menjual destinasi wisata Labuan Bajo, belum banyak yang tahu, tetapi memasuki tahun 2019 semakin banyak wisatawan Italia yang datang.

Ia pun tidak yakin untuk liburan musim panas kali ini, akan banyak wisatawan dari negaranya yang akan berkunjung ke kawasan wisata super premium itu.

Baca juga: Sandiaga: Biaya kunjungan ke TN Komodo Rp3,75 juta untuk konservasi

Ia pun mengatakan dengan harga Rp3,75 juta itu, dirinya mengaku kemungkinan tak bisa lagi menjual destinasi wisata Labuan Bajo ke depannya.

Sementara itu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur tetap dengan tegas menyatakan bahwa mulai Senin (1/8) ini harga tiket masuk ke Pulau Komodo sudah mulai diberlakukan.

"Pemberlakuan tarif masuk Pulau Komodo dan Padar sebesar Rp3,75 juta tetap dilakukan mulai hari ini. Tarif masuk tetap diberlakukan dan sosialisasi juga tetap dilaksanakan," kata Gubernur NTT Viktor B Laiskodat.
 

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022